Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pelajar Lereng Merapi: Menginap di Sekolah Karena Cemas Merapi Meletus

Kompas.com - 25/05/2018, 15:08 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Sudah lebih dari sepekan ini warga di sekitar Gunung Merapi dihantui rasa was-was karena letusan demi letusan gunung ini. Perasaan itu juga dirasakan oleh para pelajar yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III baik di wilayah Kabupaten Magelang maupun Boyolali.

Mereka nyaris tidak bisa fokus belajar menjelang ujian akhir semester ini. Suara gemuruh disertai getaran membuat mereka takut.

Dila Ardian (14), siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan, misalnya. Dila mengaku hanya bisa belajar sebentar karena cemas dengan aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat.

"Belajar hanya bisa sebentar, paling 15 menit, karena takut ada suara gemuruh, kadang disertai getaran seperti gempa," kata Dila, ditemui di asrama sekolahnya, Kamis (24/5/2018) sore.

Baca juga: Warga Mengungsi karena Teringat Erupsi Gunung Merapi 2010

Dila juga tidak bisa istirahat akibat rasa cemas tersebut. Keesokan harinya Dila harus berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor melintasi lereng Gunung Merapi. Tidak jarang ia harus menembus pekat hujan abu dan pasir jika Merapi meletus.

Rumah Dila di Dusun Karang, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, berjarak sekitar 8-9 kilometer dengan sekolahnya di Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Sementara jarak rumah dengan puncak Merapi hanya 4 kilometer.

Dila merasa senang karena sekolahnya membuat kebijakan untuk menginapkan siswanya yang tinggal di KRB III di asrama sekolah selama ujian akhir semester.

Kebijakan ini diambil supaya mereka bisa fokus belajar menghadapi ujian yang dilaksanakan sampai Kamis (31/5/2019).

Baca juga: Juru Kunci Imbau Masyarakat di Sekitar Lereng Merapi untuk Waspada

“Alhamdulillah senang, bisa tidur di sekolah, bisa belajar dengan tenang,” ungkap Dila.

Hal sama dirasakan Faisal Tri Utomo (14). Remaja asal Dusun Gowokringin, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, itu masih ingat betul ketika erupsi Merapi 2010 silam.

Dia dan seluruh keluarganya merasakan kepanikan saat Merapi bergemuruh lalu mengeluarkan awan panas. Dia harus berlarian mengungsi ke lokasi aman.

“Ingat sekali waktu erupsi tahun 2010, takut kalau kali ini terjadi lagi,” ujarnya.

Humas SMP Muhammadiyah 2 Sawanga, Ahmad Taufik, menjelaskan ada 29 siswa yang menginap di asrama sekolah. Mereka berasal dari KRB III meliputi Tlogolele, Karang dan Stabelan, Kabupaten Boyolali serta Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

“Kami meminta mereka untuk sementara menginap di sekolah saja, untuk mengantisipaso hal-hal yang tidak diinginkan karena aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat,” tutur Taufik.

Baca juga: Cerita Warga Merapi Pasca-letusan Freatik, Kunci Motor Tak Pernah Dilepas

Ia merasa prihatin karena para siswanya itu tidak bisa belajar dengan tenang, padahal saat ini sedang berlangsung ujian akhir semester. Tidak hanya itu, akses dari rumah mereka ke sekolah juga beresiko terdampak abu atau material gunung Merapi.

“Ada yang curhat kalau tidak bisa belajar karena takut, jadi kami putuskan supaya mereka bermalam di sekolah. Biar mereka fokus, tidak beban, merasa aman,” jelasnya.

Taufik berujar selama anak-anak menginap sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pihak sekolah, mulai dari pendampingan belajar sampai kebutuhan logistik. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Magelang.

Seperti diketahui, lebih dari sepekan ini, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan DIY itu mengalami peningkatan aktivitas, sejak Jumat,11 Mei 2018. BPPTKG pun telah menaikkan status dari normal menjadi waspada sejak Senin, 21 Mei 2018. 

Kompas TV Satu hari pasca-erupsi kondisi Gunung Merapi relatif stabil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com