Namun sayangnya, benda-benda tersebut seperti umpak dan tempayan tembaga besar telah raib.
Baca juga: Massilumba Oroang, Tradisi Kaveling Tempat Shalat Tarawih di Masjid Polewali Mandar
Hanya Yoni yang masih bisa dilihat hingga sekarang, namun telah berubah fungsi menjadi jam bencet atau jam matahari sebagai penentu waktu shalat, sejak awal masjid berdiri.
Salah seorang warga Suruh, M Farhan (40) mengaku bangga dengan keberadaan Masjid Besar Suruh. Ia mengapresiasi para tokoh masyarakat, para pengurus masjid dan seluruh warga yang nguri-uri (melestarikan) atau mempertahankan keaslian arsitektur masjid tersebut.
Sebab, menurutnya, keberadaan Masjid Besar Suruh merupakan bagian penting dari sejarah perkembangan Islam di Suruh dan sekitarnya.
"Bahkan prasasti maupun penanda pendirian masjid masih terjaga. Ornamen di dalam masjid juga dipertahankan hingga saat ini, meskipun ada beberapa tambahan fasilitas," kata Farhan.
Farhan berharap, masjid yang megah dan cantik ini dijaga, dipelihara dan diramaikan oleh masyarakat dengan kegiatan ibadah.
Namun demikian, sisi orisinilitas Masjid Besar Suruh ini juga diharapkan tetap terjaga dan terwariskan hingga ke anak cucu generasi berikutnya.
"Tidak hanya itu, sejarah masjid besar Suruh juga jangan lupa untuk diceritakan kepada generasi muda agar tidak kehilangan sejarah," harapnya.