Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Biaya Berobat, Buruh Tani Ini Hanya Bisa Meratapi Penderitaan Istrinya...

Kompas.com - 22/05/2018, 19:00 WIB
Hamzah Arfah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LAMONGAN, KOMPAS.com – Puryanto hanya bisa meratap sedih, setiap kali melihat kondisi sang istri, Fitri Maya Wulandari (34), yang hanya bisa tergolek di kasur tipis di ruang utama rumah miliknya di Desa Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Lamongan, Jawa Timur.

Sebab kondisi Fitri tidak bisa lagi mengingat apa yang ada di sekitarnya, membuat Puryanto dituntut memberikan perhatian ekstra. Padahal, Puryanto hanya tinggal bertiga dengan istri dan juga Ardiansyah Bayu Saputra (11), anak sulungnya dari dua bersaudara.

Bahkan Ardi sempat harus meninggalkan bangku sekolah beberapa waktu lalu, lantaran harus menunggu ibunya tersebut. Sementara Puryanto, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dengan bekerja sebagai buruh tani serabutan.

“Awal kali ibunya Ardi sakit itu sekitar lima tahun lalu. Sejak mengandung adiknya Ardi, istri saya sudah sering nggak sadarkan diri. Tapi saat itu, masih ada sadarnya, nggak seperti sekarang yang sudah tidak sadar sama sekali,” tutur Puryanto, Selasa (22/5/2018).

Baca juga: Tak Punya Biaya Obati Dua Anaknya yang Lumpuh, Pasutri Ini Surati Presiden Jokowi

Selain Ardi, pasangan tersebut juga dikaruniai seorang putra bernama Rangga Satria Ramadhan yang kini telah berusia tiga tahun. Namun dengan kondisi Fitri yang terus memburuk, Rangga lantas diasuh oleh salah satu saudara Fitri, yang menetap dan tinggal di lain desa.

“Siapa yang ingin berpisah dengan anak kandungnya. Tapi mau bagaimana lagi, ini merawat dan nungguin ibunya saja, saya harus bergantian sama Ardi. Sampai-sampai, kemarin Ardi nggak masuk sekolah beberapa bulan karena harus menunggu ibunya saat saya bekerja,” ucap dia.

Puryanto sendiri sudah sempat mencoba berusaha untuk dapat menyembuhkan Fitri dari penyakit yang dialami. Baik pengobatan medis maupun jalur alternatif, sudah pernah dijajaki. Namun karena biaya yang terbatas dan tidak memiliki penghasilan tetap, membuat pengobatan Fitri tidak berjalan maksimal.

“Sudah pernah saya bawa ke puskesmas, yang kemudian oleh pihak puskesmas disuruh melanjutkan ke rumah sakit. Tapi saat itu, karena biaya tak lagi punya dan saya juga harus bekerja, pengobatan di rumah sakit tidak diteruskan. Dengan Fitri kami ajak kembali pulang, dalam kondisi seadanya,” terang Puryanto.

Baca juga: Tak Punya Biaya, Penderita Kanker Ganas Ini Harus Tinggalkan Rumah Sakit

Sejak saat itu Fitri dirawat oleh Puryanto seadanya di rumah, dengan dibantu oleh Ardi ketika bapaknya sedang mendapat panggilan untuk mengerjakan sawah orang lain. Tanpa obat dan perawatan medis mumpuni, membuat kondisi Fitri terus memburuk dan seperti sekarang.

“Mau beli obat pakai uang apa? dari mana? Sebab penghasilan saya sebagai buruh tani, hanya cukup buat makan sehari-hari, itu pun kadang masih kurang. Kemarin saat dirawat di puskesmas dan rumah sakit itu memang gratis, karena kami juga punya BPJS, tapi di luar itu biaya sendiri. Makanya saya putuskan untuk membawanya pulang,” kata dia.

Gangguan Syaraf

Pada saat dibawa untuk berobat medis, Puryanto mengakui, sempat diberitahu oleh dokter dan pihak medis yang merawat, jika istrinya mengalami gangguan syaraf. Sehingga hal itu menyebabkan Fitri tidak bisa lagi beraktivitas, serta membuatnya hilang ingatan.

“Kata dokter kemarin itu kena syaraf-nya, sehingga jadi seperti ini. Setelah kembali ke rumah, saya sempat menebus obat di salah satu klinik, dan itu memang sempat membuat istri saya sedikit bisa tenang, tidak seperti biasanya. Tapi itu juga baru bisa dua kali penebusan, karena saya memang nggak punya uang lagi,” kata Puryanto.

Baca juga: Tak Punya Biaya, Keluarga Ikhlaskan Yakobus Dimakamkan di Malaysia

Hal itu terjadi beberapa bulan lalu. Dengan ia mengatakan, uang yang digunakan untuk mencukupi biaya di luar perawatan puskesmas dan rumah sakit, serta untuk menebus obat di klinik, didapatkan dari hasil menjual kambing yang diternaknya.

“Setelah itu, beberapa kali sempat saya bawa ke pengobatan alternatif dan tradisional juga, begitu ada rejeki. Tapi hasilnya tidak ada perkembangan, masih seperti yang sampean (anda) lihat. Kambing juga sudah habis saya jual,” bebernya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com