Dalam perkembanganya, seperti diberitakan Harian Kompas, 23 Juli 1979, tradisi Blanggur mulai ditinggalkan.
Tradisi ini semakin menghilang karena sudah ada media yang menjadi pengingat tibanya waktu buka puasa yang lebih memadai.
Selain itu, adanya imbauan dari kepala daerah dan pemuka agama bahwa blanggur berisiko, maka lama kelamaan tidak lagi dilakukan.
Blanggur yang menghempas ke udara seringkali tidak dibarengi dengan ledakan. Akibatnya, ledakan terjadi ketika sudah jatuh ke tanah dan bisa menciderai warga yang melihatnya.
Selain faktor keselamatan, biaya juga menjadi pertimbangan. Saat itu, pembuatan Blanggur dinilai tak lagi murah.
Penanda berbuka puasa pun beralih melalui media televisi, radio, serta beduk dan kentungan di berbagai masjid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.