Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketum PP Muhammadiyah: Ingat, Radikalisme Juga Ada di Politik

Kompas.com - 19/05/2018, 16:13 WIB
Andi Hartik,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta kepada elite politik untuk tidak memobilisasi emosi agama, golongan, suku dan ras.

Sebab, menurut dia, radikalisme juga ada di dalam politik.

"Jangan mobilisasi emosi-emosi agama, golongan, suku, ras yang membuat para pemilih ini kemudian jadi radikal," kata Haedar saat menghadiri Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (19/5/2018).

"Ingat, radikalisme itu juga ada di politik, yakni pilihan-pilihan politik yang serba berseteru keras. Bahkan, tokoh-tokoh politiknya menggunakan berbagai macam ujaran yang kemudian rakyatnya juga ikut, atau pendukungnya ikut. Nah, ini supaya politik tidak menjadi radikal," terangnya.

Haedar lantas menekankan pentingnya politik nilai. Menurut dia, politik nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia mulai luruh meski belum sampai pada tahap destruktif.

Luruhnya nilai-nilai politik dalam berbangsa dan bernegara itu bisa dilihat dari tiga hal, yakni nilai keagamaan, nilai Pancasila sebagai dasar negara dan jiwa kenegarawanan.

"Satu, nilai-nilai agama yang hidup dalam kehidupan bangsa kita. Apapun, Indonesia itu tidak bisa lepas dari umat beragama dan agama. Apapun agamanya. Nah, kita berharap kehidupan kebangsaan itu meletakkan agama sebagai sumber nilai. Nilai jujur, nilai baik," katanya.

Berikutnya adalah nilai Pancasila, seperti nilai musyawarah. Ia lantas menyinggung revisi UU Antiterorisme yang terbengkalai lantaran tidak menemui titik temu di antara elite politik dan pemerintah.

"Yang kedua nilai Pancasila. Ini dasar yang resmi dalam kita berbangsa. Misalkan, nilai musyawarah. Biarkan kita sekarang sudah sistem politik yang bikameral liberal. Maka nilai musyawarah perwakilan itu harus tetap melekat," katanya.

Selanjutnya adalah runtuhnya nilai kenegarawanan. Haedar melihat, sekarang mulai terjadi keretakan orientasi politik yang melebihi rasa kebersamaan.

Hal ini jauh berbeda dari nilai kebangsaan dan kenegarawanan yang diletakkan oleh para pendiri bangsa.

Ia mengatakan, meski terjadi beda pendapat di antara para pendiri bangsa, mereka tidak terbelah dan tetap bersama-sama menjadi tokoh bangsa.

"Ketiga tentu nilai-nilai dasar kebangsaan yang telah diletakkan oleh para pendiri. Dalam hal ini nilai kenegarawanan. Misalkan gini, para tokoh dulu Soekarno, Moh Hatta, Agus Salim, Ki Bagoes (Hadikoesoemo) itu kalau berdebat luar biasa. Tapi begitu selesai perdebatan mereka tetap sebagai tokoh yang bisa bersama," katanya.

"(Mohammad) Natsir itu sering berbeda dengan (DN) Aidit. Tapi begitu keluar dari forum, diantar lah Aidit itu ke rumahnya pakai mobil dia. Tidak ada ini kan dalam sejarah sekarang. Tokoh politik saya harap belajar untuk lebih mengedepankan jiwa kenegarawanannya," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com