Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Santri di Pesantren Ini Bikin Peci, Pasarnya Sudah Seluruh Indonesia

Kompas.com - 19/05/2018, 13:35 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com – Sebuah pondok pesantren di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah beberapa tahun ini mulai mengajarkan santrinya berwirausaha. Para santri tak hanya dididik belajar agama, namun juga dibekali keterampilan dan jiwa berwirausaha sejak dini.

Pekerjaan itulah yang dilakukan Pondok Pesantren Nurul Hidayah, di Desa Bandung, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. Para santrinya dibekali keterampilan berwirausaha mulai dari usaha konveksi, pembuatan peci, peternakan, pembuatan tempe-tahu, menjaga toko kelontong, hingga usaha lainnya.

Satu diantara usaha itu yaitu usaha pembuatan peci atau kopiah. Dari tangan para santri, peci yang sudah jadi dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan di masa Ramadan ini, kebutuhan peci meningkat pesat.

Tri Sulistiyo, Koordinator pemasaran Peci Pesantren Nurul Hidayah mengatakan, para santri biasanya melakukan pekerjaan membuat peci di sela kegiatan mengaji. Pembuatan peci dilakukan pada 08.00-12.00 pada pagi harinya, kemudian pukul 13.00-16.00 untuk sore harinya.

Baca juga: Polisi Temukan Bahan Peledak di Rumah Orangtua Terduga Teroris

“Pasar peci ini sudah ke luar Jawa, di Pulau Jawa sudah dimasuki semua,” ujar Tri, kepada Kompascom, Sabtu (19/5/2018).

Untuk satu peci hasil karya santri dijual dengan harga amat terjangkau. Untuk satu peci dipatok Rp 50 ribu. Sementara peci dengan tambahan bordir dipatok Rp 60 ribu.

Menghadapi bulan Ramadhan, kata dia, santri di pesantrennya bahkan harus lembur untuk memenuhi pesanan. Setiap bulan, produksi peci hingga 50-70 kodi. Padahal di bulan normal, produksi hanya 30 kodi perbulan.

“Menjelang lebaran ini ramai. Santri kerjanya ekstra kadang. Kita bahkan sampai menolak pesanan, karena memang tidak tercukupi,” tambahnya.

Kebutuhan pasar yang besar itu, sambung dia, belum dibarengi dengan tenaga kerja yang terampil. Dari santri yang bekerja di bidang konveksi, hanya beberapa yang mahir menjahit. Jumlah santri di Nurul Hidayah mencapai 500 orang, namun hanya 25 santri yang bekerja di bidang ini. Lainnya tersebar di berbagai jenis usaha lain.

“Kita kendala di tenaga kerja, terutama yang mahir menjahit itu minim. Kita kebanjiran order,” ucapnya.

Baca juga: Dusun Mlangi, Kampung Pesantren Tempat Mondok Pelajar Non Muslim

Ditabung

Dalam berusaha itu, para santri diberi upah tiap bulannya. Penghasilan dibedakan dari tiap produktivitasnya. Upah yang diberikan terkadang sisa untuk dibawa pulang kampung. Upah tiap bulan bahkan bisa sampai Rp 1 juta, namun rata-rata Rp 300-400 ribu perbulan.

Penghasilan itu pun oleh santri digunakan untuk bekal sehari-hari, sehingga tidak perlu mengandalkan uang kiriman orang tua. Jika sisa, upah bisa ditabung untuk dibawa pulang.

“Santri ini kan bekerja kepada Pak kiai, dan mendapat honor. Setiap bulan berapa nanti bisa diambil dan bisa juga disisakan. Sisanya masih di Pak kiai, akhir tahun ketika pulang, bisa membawa uang dari hasil bekerja,” tambahnya.

Meski diberi keterampilan kerja, Tri menegaskan, pesantren yang berdiri sjeak 1992 ini tetap mendidik santrinya untuk belajar agama. Namun di sela-sela mengaji itulah diberikan keahilian atau keterampilan.

“Ada yang bisa tukang kayu, tukang batu, saat ini mulai ada peternak telur ada 1.500 ekor dan santri yang mengelola. Kita tiap hari dapat 10 krat telur,” ujarnya. 

Kompas TV Nike Lidiyastuti kini meluaskan bisnisnya ke Makassar, Surabaya, Hingga Jayapura.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com