Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Freatik Merapi Kemarin Sama dengan Letusan Tahun 1933

Kompas.com - 12/05/2018, 18:55 WIB
Wijaya Kusuma,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meletus tipe freatik, Jumat (11/05/2018) pagi pukul 07.40 WIB.

Kolom letusan Gunung Merapi mencapai ketinggian 5,5 Km di atas puncak. Letusan freatik itu menyebabkan terjadinya hujan abu di sebagian wilayah DIY antara lain, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kulonprogo.

Berdasarkan data yang dimiliki Badan Geologi, letusan Freatik Gunung Merapi pada Jumat kemarin mirip dengan letusan tahun 1933. Pada tahun itu, Gunung Merapi juga meletus freatik.

"Yang kami catat itu tahun 1933, persis sama. Foto (letusan) nya kalau disandingkan dengan kemarin itu mirip, dan sama-sama tidak ada awan panas atau wedus gembel," ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Antonius Ratdomopurbo, saat ditemui di BPPTKG Yogyakarta, Sabtu.

Baca juga: Letusan Freatik Sulit Diprediksi

Setelah erupsi besar tahun 2010, Gunung Merapi meletus freatik pada tahun 2013. Setelah itu terakhir kali pada tahun 2014.

Baru Jumat kemarin gunung yang berada di sisi utara Yogyakarta itu kembali meletus freatik. Letusan freatik kemarin merupakan yang ke tujuh kalinya usai erupsi besar tahun 2010.

Pada tahun 1933 tercatat, Gunung Merapi juga meletus freatik. Letusan freatik itu terjadi juga terjadi usai erupsi besar gunung itu tahun 1930.

"Tahun 1933 itu terjadi setelah ada letusan besar tahun 1930. Nah, yang kemarin juga terjadi pasca-erupsi Merapi tahun 2010," kata dia.

Letusan freatik cenderung terjadi setelah erupsi besar seperti sesudah erupsi tahun 1930 dan tahun 2010. Hal itu karena dalam erupsi besar, pipa kepundan juga terpengaruh menjadi melebar.

Dengan semakin lebarnya pipa kepundan, air hujan masuk dengan mudah. Volume tampungan air juga menjadi besar.

"Kalau erupsi besar, pipa (kepundan) kan juga terpengaruh menjadi lebar. Air hujan mudah masuk, terakumulasi di bawah, dengan daya tampungnya juga besar," kata dia.

Mantan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang berganti nama menjadi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta itu menjelaskan, letusan jenis freatik terjadi karena adanya pemanasan air yang terjebak di dalam gunung hingga menjadi uap panas.

Akumulasi uap panas yang terus meningkat itu menekan dan menyebabkan letusan.

"Kenapa ada letusan freatik kemarin, karena sudah melewati beberapa musim hujan, airnya masuk, terjebak di dalam gak tahu di mana. Kemudian ada panas dari bawah, akumulasi uap ini menekan dan menyebabkan letusan," ujar dia.

Baca juga: BPPTKG Yogyakarta Teliti Abu Letusan Freatik Gunung Merapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com