Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

INFOGRAFIK: Riwayat Letusan Merapi Sejak 1990-an

Kompas.com - 11/05/2018, 16:52 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Akbar Bhayu Tamtomo,
Ervan Hardoko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia, yang terletak di antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Merapi juga memiliki aktivitas volkano yang terbilang tinggi.

Berikut infografik riwayat letusan Merapi sejak 1990-an hingga saat ini yang disarikan dari pemberitaan Kompas.com dan data Litbang Kompas:

Akbar Bhayu Tamtomo Riwayat Letusan Merapi sejak 1990-an

Selengkapnya, berikut riwayat letusan Gunung Merapi:

30 Januari 1904
Letusan sedang, ada 16 korban jiwa, 14 orang luka parah, dan tiga desa rusak total.

1906
Letusan besar, puluhan ribu orang tertimbun material beserta harta benda yang ada.

Oktober 1920
Letusan sedang, 35 korban jiwa, 1 desa rusak total, puluhan hewan ternak mati, dan 87 kilometer persegi (km2) areal pertanian rusak.

17 Desember 1930
Letusan ini merupakan letusan terbesar yang tercatat sejauh ini, dengan 1.369 orang meninggal dunia.

Tipe letusan adalah Plinian, ditandai dengan semburan gas dan abu vulkanik yang mencapai stratosfer. Awan panas meluncur 20 kilometer ke arah barat dan menimbun 13 desa.

18 Januari 1954
Terjadi awan panas atau wedhus gembel, dengan hujan abu disertai batu kecil/kerikil. Letusan ini menyebabkan 64 orang meninggal dunia dan 57 orang luka-luka.

8 Mei 1961
Letusan ini ditandai terjadinya aliran lava, awan panas, hujan abu, dan banjir lahar. Sebanyak 6 orang tewas, 19 ternak mati, dan lebih dari 100 rumah hancur.

8 Oktober 1967
Letusan kecil, disertai hujan deras.

7 Januari 1969
Letusan sedang, 3 orang tewas, 3 desa dan 19 rumah rusak.

10 Januari 1972
Letusan kecil, tidak ada korban jiwa.

15 April 1972
Letusan besar, 200 orang tewas, 3 desa hancur

28 Maret 1973
Letusan kecil, tidak ada korban jiwa.

1976
Terjadi banjir lahar dan awan panas sejauh 2,5 kilometer, tidak ada korban jiwa.

November 1984
Terjadi hujan abu, kerikil, serta semburan awan panas menyebar mengarah ke selatan dan barat.

Tercatat korban sebanyak 52 orang, 4 luka, belasan orang dinyatakan hilang, dan 4.000 warga mengungsi.

1985
Terjadi awan panas 7 kali dan endapan yang terwujud mencapai 2.529.250 meter persegi.

1986
Terjadi awan panas dengan jarak luncur 3,6 kilometer dan kubah lava
mencapai 4 juta meter kubik.

2 Februari 1992
Luncuran awan panas Gunung Merapi telah mencapai kaki gunung, sementara bau belerang tercium dari wilayah Jurangrejo, Srumpung, Magelang.

Luncuran awan panas sepanjang hari lebih dari 15 kali dengan radius guguran mencapai 6,5 kilometer.

22 November 1994
Merapi meletus pada pukul 10.15 WIB, dengan jumlah 58 orang tewas karena terkena semburan awan panas.

17 Agustus 1997
Merapi meletus pada pukul 10.30 WIB dengan menyemburkan awan panas bercampur debu dan pasir.

Awan panas mengalir pada aliran Kali Krasak sepanjang 6 kilometer dan aliran Kali Boyong sepanjang 4-5 kilometer.

10 Februari 2001
Tidak ada korban pada peristiwa ini, tetapi 571 orang diungsikan.

Mei 2006
Dua relawan ditemukan meninggal terperangkap awan panas di dalam Bungker Kaliadem saat Merapi meletus pada Mei 2006.

Oktober-November 2010
Letusan ini menyebabkan 151 orang meninggal dunia.

Angka pengungsi mencapai 320.090 jiwa, 291 rumah rusak, dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.

11 Mei 2018
Merapi meletus pada pukul 07.32 WIB dengan tipe freatik. Status dinyatakan level 1 atau normal.

Kompas TV Sekitar pukul 07.45 Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta menegluarkan asap tebal di udara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com