Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cak Imin Dianugerahi Gelar dan Bintang Kehormatan dari Kesultanan Sintang

Kompas.com - 11/05/2018, 11:09 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SINTANG, KOMPAS.com - Wakil Ketua MPR yang juga Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar atau yang dikenal Cak Imin menerima anugerah gelar dan bintang kehormatan dari Istana Kesultanan Sintang, Kalimantan Barat, Kamis (10/5/2018).

Dengan penganugerahan tersebut, Cak Imin resmi menyandang gelar Datuk Petinggi Mangku Banua.

Cak Imin pun secara khusus mengapresiasi Kesultanan Sintang yang ikut berperan dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam usaha kemerdekaan dan mengisinya melalui sejarah pembentukan lambang negara Garuda Pancasila.

"Mungkin banyak yang belum mengetahui kalau Lambang Negara Indonesia berasal dari Kesultanan Sintang," ujar Cak Imin, Jumat (11/5/2018).

Cak Imin menambahkan, sejarah yang cukup panjang ini menurutnya perlu digaungkan, bahwa peran Sultan Sintang saat itu sangat penting dan memiliki makna yang cukup besar bagi Indonesia.

Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak, sambung Cak Imin, yang pada waktu itu sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio, dipercayai untuk mengakomodasi kegiatan perancangan lambang negara dengan dasar Kepres RIS nomor 2 Tahun 1949.

Baca juga : Cak Imin dan Airlangga Saling Doakan Jadi Cawapres Jokowi

Lambang Burung Garuda ini dipersembahkan oleh Yang Mulia Ade Muhammad Djohan untuk dipinjamkan kepada Sultan Hamid II, yang kemudian disepakati oleh pendiri bangsa Indonesia waktu itu bahwa lambang negara adalah Burung Garuda.

"Kita sebagai bangsa berutang budi atas jasa Kesultanan Sintang," ujarnya.

"Terutama negara, berutang budi atas jasa Kesultanan Sintang, sehingga salah satu cara membalas budi tersebut adalah negara patut memberikan perhatian kepada Kesultanan Sintang dan kesultanan di daerah lainnya atas jasa dari kerajaan/kesultanan pada waktu perjuangan kemerdekaan," tambahnya.

Saat ini masih terdapat 186 kerajaan maupun kesultanan yang masih eksis, salah satunya adalah Kerajaan Sintang.

Namun, menurut Ketua Umum PKB ini, selama ini kita khususnya negara belum memberikan perhatian serius.

"Saat otonomi daerah berlaku maka peran sentral kerajaan maupun kesultanan tidak terdengar bahkan hampir hilang, sehingga perlu adanya suatu regulasi yang jelas sehingga ke depan kerajaan/kesultanan yang ada saat ini bisa dialokasikan anggaran untuk menunjang kegiatan yang ada," katanya.

Sementara itu, Sultan Sintang YM Pangeran Sri Kusuma Negara Kesultanan Sintang, HRM Ikhsani Ismail Sayifuddin mengatakan, gambar garuda yang menginspirasi Sultan Hamid II tersebut saat ini masih terlihat di tiang Istana Kesultanan Sintang.

"Gambar tersebut yang akhirnya menginspirasi Sultan Hamid II, yang realisasi gambarnya tidak jauh berbeda meski gambar awalnya kecil," kata Sultan.

Baca juga : Cak Imin Sebut PKB Dukung Jokowi di Pilpres, tetapi...

Sultan menambahkan, dengan usianya yang kini sudah mencapai 656 tahun, Kesultanan Sintang harus mampu menghadapi tantangan jaman zekarang.

Selain Cak Imin, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan juga mendapat gelar Pangeran Budisetia Amanah Anak Negeri.

Penganugerahan keduanya dilakukan langsung oleh YM Pangeran Sri Kusuma Negara Kesultanan Sintang, HRM Ikhsani Ismail Sayifuddin.

"Terima kasih yang dalam kepada YM Pangeran Sri Kusuma Negara Kesultanan Sintang, ini suatu kehormatan yang sangat tinggi bagi Cak Imin maupun saya, merupakan penghargaan yang luar biasa," ujar Daniel Johan yang juga Wakil Sekjen DPP PKB ini.

Kompas TV Selain Cak Imin, hadir juga Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri dan Menpora Imam Nahrawi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com