Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sopir Truk, Siapkan Uang Rp 100.000 untuk Pungli

Kompas.com - 09/05/2018, 14:57 WIB
Aji YK Putra,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Banyaknya aksi pungutan liar di jalur perbatasan Sumatera Selatan bukan kali pertama terjadi.

Namun, isu itu kembali mencuat usai Presiden Joko Widodo mendengar keluhan dari para sopir truk ketika diundang ke Istana Merdeka.

Heru (40) salah satu sopir truk yang sering membawa barang rongsokan ke Jakarta mengaku, pungli di jalur perbatasan Sumsel, sudah biasa terjadi.

Setidaknya ia harus menyiapkan uang Rp 100.000 untuk pungli saat pergi maupun pulang. 

Baca juga : Pengakuan Sopir Truk soal Pungli yang Bikin Jokowi Terkejut...

Terutama saat melintas di kawasan Jalur Lintas Timur (Jalintim) Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), perbatasan Lampung.

"Di sana ada lima titik lokasi pungli, untuk satu titik harus bayar uang jalan Rp 20.000. Jadi sekali jalan saya selalu siapkan Rp 100.000," ujar Heru saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/5/2018).

Para pelaku pungli, sambung Heru, rata-rata adalah warga sekitar yang menjadi preman wilayah.

Uang pungli yang diberikan Heru bersama rekannya sesama sopir truk, terpaksa diberikan sebagai jaminan keamanan saat melintas.

Jikapun uang pungli tersebut tak diberikan, para pelaku tidak akan segan melakukan tindak kriminal maupun kekerasan kepada sopir truk.

"Kalau saya belum pernah kejadian, karena selalu kasih itu (pungli). Tetapi menurut cerita teman-teman, banyak barang mereka hilang. Ada juga bannya digembosi, bahkan sampai ditodong pisau. Jadi terpaksa dikasih," ujarnya.

Baca juga : Sopir Truk Curhat ke Jokowi soal Pungli, Kadishub Bilang Saya Baru Tahu

Sedangkan kawasan Desa Bedeng Seng, Kabupaten Muba, diakui Heru memang tempat yang paling rawan.

"Saya tidak pernah melintas di sana, karena terlalu rawan. Jadi mending lewat sini, walaupun ada pungli tidak terlalu besar. Menurut para sopir, di sana punglinya lebih parah, bisa sampai Rp 600.000," ungkapnya.

Maraknya aksi pungli, membuat ongkos perjalanan menjadi tinggi. Sehingga membuat para sopir terpaksa menaikkan harga ongkos jalan.

"Kalau tidak begitu, kami para sopir yang rugi. Mohon polisi segera ambil tindakan, biar kami tidak resah dan keamanan terjamin," tuturnya. 

Terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Muba AKP Kiemas Muhammad Sawaluddin ketika dikonfirmasi tak menampik, jika di kawasan Bedeng Seng marak terjadi pungli.

Menurut Kiemas, aktivitas pungli pada umumnya dilakukan warga setempat. Bahkan merekapun membangun pos-pos kecil untuk menunggu sopir truk.

"Pos-pos mereka sudah kita hancurkan, untuk meminimalisir. Tahun kemarin dari Januari- Desember 2017 sebanyak tujuh orang ditangkap, sekarang marak lagi," pungkasnya. 

Kompas TV Di desa Rajegwesi kabupaten Tegal, truk yang bermuatan beras hingga 25 ton ini jatuh ke dasar jembatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com