Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunjungi Situs Ciung Wanara, Dedi Mulyadi Kritik Cara Penataan Obyek Wisata Sejarah

Kompas.com - 07/05/2018, 13:52 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIAMIS, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebutkan, peninggalan situs sejarah di seluruh Jawa Barat memiliki daya tarik wisata berkelas internasional.

Selama ini, menurut Dedi, kelemahannya adalah situs tersebut seperti kehilangan daya tariknya, karena pembangunan pendukungnya berbasis proyek pemerintah melalui sistem birokrasi, sehingga tak sesuai karakter asli situs tersebut.

"Pemahaman saya situs seperti ini (Situs Ciung Wanara Ciamis) harus segera dikembalikan. Misalnya begini, sekarang pembangunan di situs peninggalan sejarah dibangun tak sesuai dengan karakter aslinya," jelas Dedi seusai menghadiri upacara adat Ngikis di Situs Ciung Wanara, Kabupaten Ciamis, Senin (7/5/2018).

Pola pembangunan situs peninggalan sejarah banyak yang memakai besi. Padahal, dalam sejarah Sunda tak ada tradisi besi, melainkan tradisi bambu yang dijadikan salah satu media perjalanan kehidupan di Tatar Sunda.

"Seperti di sini banyak bangunan situs yang memakai besi baja ringan. Hal seperti ini harus ditata kembali, misalkan membuat bangunan pendukung situs melalui bambu atau yang ada kaitannya dengen budaya Sunda. Selain mengingat sejarah juga bisa menjadi sektor wisata," terang Dedi.

Baca juga : Dedi Mulyadi Tawarkan 2 Solusi Atasi Masalah di Sungai Citarum

Keaslian budaya melalui bangunan pendukung situs nantinya akan menjadi sektor pariwisata yang diminati wisatawan mancanegara. Mereka biasanya sangat menyukai tempat yang orisinal dari sisi kebudayaan di sebuah negara.

"Jangan sampai nanti kita di Jawa Barat, belajar lagi penataan lingkungannya ke Yogyakarta dan Bali. Padahal di kita sangat banyak potensi budaya yang bisa dijadikan daya tarik wisatawan luar negeri," ujar dia.

Seperti halnya di Ciamis, lanjut Dedi, sangat terkenal dengan bambu, ijuk atau atap dari bahan daun aren. Tapi, selama ini ciri khas tersebut sudah terkikis akibat pembangunan berbasis proyek.

"Ini akibat birokrasi tidak paham tentang lingkungan dan melahirkan perencanaan pembangunan yang tidak tepat, dan hanya membuang uang saja. Padahal proyek seperti ini bisa dikerjakan oleh warga Ciamis yang sudah ahli dan mengerti budaya setempat. Jadi akan muncul ciri khas dan akan diminati wisatawan," kata dia.

Budaya ngikis sambut puasa

Dedi hadir di upacara adat ngikis di Situs Ciung Wanara Ciamis, sebagai tamu undangan budaya Sunda. Dedi pun mengikuti setiap tahapan acara sampai akhir bersama warga, tokoh masyarakat berserta unsur Muspida Ciamis.

"Ngikis artinya bersih-bersih dan diadakan tiap menyambut bulan Ramadhan. Serta mengingat kembali perjalanan Kerajaan Galuh yang menjadi cikal bakal Kerajaan Pakuan Pajajaran di tanah Sunda," tambah Dedi.

Pelaksanaan budaya ngikis sendiri, menurutnya, terdapat dua prinsip, yakni membangun kembali kekuatan persatuan dan mengenali kembali pentingnya kehidupan manusia dengan alamnya.

"Setiap pelaksanaan tradisi dalam lagu Dangding, justru bercerita tentang seluruh tata ruang pembangunan untuk Jawa Barat. Di mana air dari satu sumber mengalir ke berbagai darerah dan memberikan kehidupan selama ini bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. Nah, ini yang selama ini tidak paham oleh para pemimpin," tandasnya.

Baca juga : Situs Budaya Dayak Dirusak Satpam Perusahaan Sawit, Gubernur Kalteng Gelar Rapat

Sementara itu, salah seorang panitia adat Ngikis, Abah Ali, mengaku pihaknya terus berupaya melestarikan salah satu kebudayaan Sunda di Ciamis peninggalan Kerajaan Galuh. Bahkan, lokasi tempat acara saat ini termasuk salah satu cagar budaya yang dikembangkan oleh Dinas Pariwisata daerah setempat.

"Mudah-mudahan nanti seorang pemimpin yang betul paham budaya akan mampu mengangkat kembali pentingnya situs peninggalan sejarah Sunda. Jangan sampai pemimpin yang hanya suka mengaku-ngaku tahu budaya Sunda saja," katanya.

Kompas TV Visi Duo DM adalah mewujudkan Jawa Barat yang adil, sejahtera, dan berkarakter. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com