JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu tokoh masyarakat yang juga pengajar pesantren di Mlangi, Yogyakarta, Muhammad Mustafid, menjelaskan, kasus pengadangan perempuan pelari maraton di daerahnya disebabkan tidak adanya koordinasi dari panitia.
Ia juga menyebutkan bahwa peristiwa itu bukan persekusi. Masyarakat hanya mengingatkan tentang norma di daerah itu bahwa perempuan tidak boleh mengenakan celana pendek dan ketat.
Sebelumnya, rekaman video tentang rombongan pelari perempuan dihadang sejumlah orang viral di media sosial. Video berdurasi 49 detik tersebut viral antara lain di Facebook dan Instagram.
Dari penelusuran Kompas.com, para pelari tersebut ternyata sedang mengikuti kegiatan "Running UNISA 2018" yang digelar Selasa (1/5/2018) lalu. Kegiatan itu merupakan rangkaian Milad Ke-27 Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Jumlah peserta "Running UNISA 2018" sekitar 1.000 orang. Bahkan peserta lari ada dari luar negeri.
Baca juga: Viral Insiden Pelari Dihadang Warga, Camat Bilang Hanya Soal Busana
Mustafid mengakui, pihaknya memang tidak berada di lokasi kejadian waktu itu. Namun, berdasarkan hasil pencarian informasi terhadap saksi mata, dia mengklarifikasi isu yang beredar di media sosial.
Dia menyebutkan, peristiwa itu sebenarnya bukan di Mlangi sebagaimana yang beredar di media sosial, melainkan di Dusun Sawahan. Namun, memang secara geografis, Dusun Sawahan berdampingan dengan Dusun Mlangi.
"Disebut juga pesantren Nur Iman, padahal tidak ada pesantren dengan nama itu. Itu membawa nama leluhur masyarakat Mlangi," kata Mustafid kepada Kompas.com melalui keterangan tertulis via WhatsApp, Senin (7/5/2018).
Ia menilai, baik pelari maupun pemuda yang menghadang sebenarnya bisa dikatakan sama-sama kurang peka.
"Namun yang paling salah, menurut saya, pihak panitia dan universitas. Peserta lari tidak tahu apa-apa, rute yang membuat panitia," ujarnya.
Kronologi kejadian
Mustafid juga membantah bahwa peristiwa itu adalah persekusi. Menurutnya, persekusi adalah kata yang terlalu berlebihan.
Baca juga: Insiden Pelari Dihadang Warga Disebut Telah Diselesaikan secara Damai
Ia menceritakan kronologi kejadiannya. Awalnya, salah satu rombongan peserta lari yang digelar Universitas Aisyiah (Unisa) melewati rute utara Mlangi menembus Mlangi menuju Unisa.
Sebelum masuk Mlangi lewat utara itu, peserta sudah dingatkan oleh warga agar para perempuan yang bercelana pendek ketat tidak lewat Mlangi.
Sebagian peserta kemudian mengambil rute lain, namun sebagian lagi nekat tetap lewat Mlangi. Ketika lewat Mlangi, ada seorang tua yang mengingatkan baik-baik, tetapi tidak digubris. Kebetulan orang tua yang sepuh ini memakai motor ke arah yang sama dengan pelari sampai memasuki wilayah Sawahan.
"Di sini dingatkan lagi sampai turun dari motor. Ketika lewat daerah Mlangi tidak terjadi apa-apa. Ketika diingatkan kedua kalinya oleh orang tua tadi, malah semacam nantang-nantang dengan tidak sopan," ujar Mustafid.
"Nah, beberapa anak muda yang ada tidak jauh dari lokasi mendatangi TKP (tempat kejadian perkara) akhirnya emosi karena dari jauh terlihat seperti membentak-bentak. Terjadilah itu. ketegangan, debat, nyengkiwing baju, dan desakan-desakan," lanjut alumni Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada ini.
Baca juga: Ketika Warga Asing Belajar Islam di Kampung Mlangi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.