Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insiden Pelari Diadang Warga Disebut Telah Diselesaikan Secara Damai

Kompas.com - 05/05/2018, 18:27 WIB
Wijaya Kusuma,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rekaman video tentang rombongan pelari perempuan diadang sejumlah orang viral di media sosial. Video berdurasi 49 detik tersebut viral antara lain di Facebook dan Instagram.

Dari penelusuran Kompas.com para pelari tersebut ternyata sedang mengikuti kegiatan Running UNISA 2018 yang digelar Selasa (1/5/2018) lalu. Kegiatan itu merupakan rangkaian Milad ke 27 UNISA.

Ketua Milad ke 27 UNISA sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Ruhiyana, mengatakan UNISA Running merupakan bagian dari Milad.

"Kegiatan ini ada beberapa kelompok, umum, profesional, institusi itu 5 K (kilometer). Terus kelompok pelajar dan sivitas 3 K. Kegiatan ini bekerja sama dengan PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) DIY," kata Ruhiyana kepada Kompas.com, Sabtu.

Ia mengatakan, peserta Running UNISA 2018 sekitar 1.000 orang. Bahkan peserta lari ada dari luar negeri.

Baca juga : Pakai Kostum Unik, Ribuan Pelari Kelilingi Kebun Raya Bogor

Seluruh rute yang dilintasi peserta dalam Running UNISA 2018 dibawah supervisi dari PASI DIY. Rutenya ada yang melewati kampung, salah satunya ke Mlangi, Kelurahan Nogotirto Kecamatan Gamping, Sleman.

Dia mengatakan, dua orang peserta sempat mendapat perlakukan tidak mengenakan saat memasuki daerah perkampungan.

Ruhiyana mengatakan, oknum warga melakukan hal tersebut untuk memperingatkan. Menurut mereka, pelari menggunakan pakaian yang tidak layak. Para pelari mengenakan hotpant.

"Kalau kami memaknai itu ya untuk memperingatkan, karena dianggap berpakaian tidak layak atau mengenakan hotpant. Ya meskipun tindakan itu memang kurang pas," kata dia.

Beberapa pelari yang mengalami insiden tersebut memutuskan untuk tidak meneruskan lomba hingga garis finis. Mereka tidak ingin insiden tersebut kembali terjadi dan menganggu jalanya acara.

"Panitia menghubungi pelari dan menyampaikan permintaan maaf. Mereka juga memutuskan ambil jalan lain, tidak masuk ke kampus (finis) agar tidak menambah masalah, dan  mereka meminta maaf ke panitia telah menyebabkan insiden, jadi dengan pelari kita sudah clear," ucapnya.

Panitia juga sudah berkoordinasi dengan perangkat desa. Disampaikan jika yang dipermasalahkan adalah mengenai pakaian.

"Kami sudah berbicara dengan pak dukuh, waktu itu disampaikan bahwa terkait dengan busana. Nah sementara ini kegiatan standar PASI dan untuk umum, jadi teman-teman pelari ya berbusana sesuai kenyamanan mereka," urainya.

Dia mengatakan, masalah itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Pihak pelari sudah tidak mempermasalahkan insiden tersebut.

"Insiden ini sudah selesai dan tidak ada masalah lagi," kata dia.

Sinta Maharani, kepala Humas UNISA meminta agar masyarakat tidak menyebarkan video terkait insiden tersebut, sebab masalahnya sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

"Masalah kemarin sudah clear, kami mengimbau agar tidak menyebarkan video itu dan jangan dimanfaatkan," kata dia.

Kata dia, kejadian itu karena berpakaian tidak sesuai dengan kultur di kampung yang dilewati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com