Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memupuk Mimpi dan Nasionalisme dari Sekolah Bambu yang Lapuk

Kompas.com - 04/05/2018, 15:22 WIB
Junaedi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MAMASA, KOMPAS.com – Fajar baru saja menyingsing ketika puluhan anak-anak pelosok desa terpencil di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah.

Mereka pergi lebih pagi karena medan yang harus ditempuh tidaklah mudah. Anak-anak tangguh ini harus melintasi kawasan pegunungan terjal dengan jalan kaki beberapa kilometer. 

Apalagi ketika musim hujan, jalan yang harus dilalui sangat licin. Agar sepatu tak kotor, mereka menjinjing sepatu atau sandal.

Anak-anak ini lebih memilih bertelanjang kaki. Begitu sampai di sekolah, baru mereka mengenakan sepatunya. 

Baca juga : Kisah Memprihatinkan Siswa dan Guru di Pedalaman Bengkulu

Sekolah yang dituju adalah SDN 008 Rante Tanete yang terletak di Dusun Tanete, Desa Salumokanan Utara, Kecamatan Rantebulahan Timur, Mamasa. 

Siswa dan guru dari sekolah bambu di pelosok desa di Mamasa, Sulawesi Barat ini menggelorakan semangat patriotisme dan nasionalisme setiap hari.KOMPAS.com/Junaedi Siswa dan guru dari sekolah bambu di pelosok desa di Mamasa, Sulawesi Barat ini menggelorakan semangat patriotisme dan nasionalisme setiap hari.
Memprihatinkan

Kondisi sekolah ini memprihatinkan. Dinding bangunan terbuat dari bambu. Tiang dan rangkanya hanya ditopang batang bambu dan kayu.

Atapnya pun terbuat dari daun rumbia. Sedangkan lantainya, beralaskan tanah. Jika hujan turun, maka kelas mereka berlumpur. Namun jika kemarau, sekolah berdebu hingga siswa maupun guru kerap sesak napas. 

"Kalau hujan turun, para siswa terpaksa kita pulangkan lebih cepat meski jam pelajaran belum selesai karena takut kehujanan. Atapnya sudah bocor," ujar guru kelas jauh SDN 008 Rante Tanete, Demmalino, belum lama ini. 

Meski setiap hari belajar di ruangan yang memprihatinkan, semangat patriotisme dan nasionalisme para siswa dan guru di sekolah tersebut tak pernah padam.

Setiap hari, lagu-lagu perjuangan yang membangkitkan semangat dilantunkan. Mereka pun menuliskan tekad, semangat, dan mimpi mereka menjadi siswa terbaik di dinding sekolah. 

Tak jauh dari tempelan mimpi itu, terlihat sejumlah foto tokoh pahlawan nasional yang berdekatan dengan foto presiden dan wakil presiden, Jokowi-Jusuf Kalla. 

 

Siswa dan guru dari sekolah bambu di pelosok desa di Mamasa, Sulawesi Barat ini menggelorakan semangat patriotisme dan nasionalisme setiap hari.KOMPAS.com/Junaedi Siswa dan guru dari sekolah bambu di pelosok desa di Mamasa, Sulawesi Barat ini menggelorakan semangat patriotisme dan nasionalisme setiap hari.

Swadaya Masyarakat

Demmalino mengatakan, sekolah ini berdiri empat tahun lalu atas inisiatif warga dengan biaya swadaya. Warga sengaja membangunnya karena jarak rumah dan sekolah mencapai 6 kilometer. 

Tak ada fasilitas istimewa di dalamnya. Meja-meja dan kursi darurat serta papan tulis seluruhnya merupakan hasil swadaya murni. 

Sekolah berukuran sekitar 3x5 meter itu terdiri dari 2 ruangan. Setiap ruangan diberi sekat. Satu untuk kelas, satu untuk ruangan guru. Tak ada perpustakaan apalagi sarana komputer. 

Bahkan buku di sekolah ini bisa dihitung jari. Itu pun kondisinya sudah lusuh bahkan robek karena sudah lama digunakan.

Baca juga : Memprihatinkan, Nenek 80 Tahun Bertahan Hidupi Dua Anaknya yang Gangguan Jiwa

Sekolah darurat tersebut digunakan siswa kelas 1-3. Jumlah siswa sebanyak 36 orang dengan jumlah guru PNS 1 orang, dan guru honorer 4 orang. 

Tokoh masyarakat yang juga panitia pembangunan SDN 008 Rante Tanete, Pemangga menyebutkan, sekolah ini didirikan lantaran warga prihatin anak-anak harus berjalan jauh untuk sekolah. 

“Mulanya orangtua prihatin anak-anak mereka sekolah sangat jauh. Saat hujan dan jalan becek, mereka kerap tak bisa bersekolah. Warga kemudian sepakat bergotong royong mebangun sekolah darurat ini,” tuturnya. 

Sebuah Harap

Sekretaris Desa Salumokanan Utara, Marten berharap, pemerintah setempat bisa segera membangun gedung sekolah yang lebih layak.

Ia juga berharap pemerintah melengkapi fasilitas sekolah seperti buku-buku dan perpustakaan agar bisa menunjang peningkatan skill, kemampuan, dan pengetahuan siswa.

“Saya mewakili masyarakat berharap pemerintah bisa membangun gedung sekolah permanen dan sarana belajar yang lebih baik agar siswa bisa mengejar ketertinggalan mereka,” jelasnya. 

Para guru dan siswa di sekolah ini berharap, sekolah bambu yang menjadi tumpuan harapan mereka membangun mimpi-mimpi masa depan yang indah, kelak dilirik pemerintah.

Begitupun dengan fasilitas, agar mereka bisa duduk setara dengan siswa lain di kota yang menikmati segala fasilitas pendidikan yang berlimpah. 

Kompas TV Sekolah mereka sangat sederhana. Bangunannya berdinding bambu dengan atap daun nipah. Ukuran bangunannya 3 x 5 meter saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com