Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPA Pakusari, Dulu Jarang Dikunjungi Kini Jadi Tempat "Selfie"

Kompas.com - 03/05/2018, 12:59 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com - Mendengar kata Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, pasti identik dengan sesuatu yang menjijikkan, kotor, dan bau. Namun, itu tidak berlaku di TPA Pakusari di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Justru, TPA Pakusari menjadi salah satu destinasi wisata favorit warga yang ingin ber-selfie atau berswafoto dan ingin belajar mengolah sampah.

Menurut Koordinator Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jember, Muhammad Masbud, awalnya jarang sekali warga yang datang ke TPA Pakusari, karena stigma kotor, menjijikkan, dan bau. “Yang datang kesini, ya karyawan dan para pemulung,” ungkapnya Kamis (3/5/2018).

TPA Pakusari berdiri sejak tahun 1992 dengan luas areal 6,8 hektar. Dan setiap hari, TPA itu menampung sampah sekitar 650 meter kubik.

Baca juga : Karena Sampah, Masyarakat di Sekitar Hutan Mangrove Surabaya Raup Berkah

“Dari jumlah tersebut, yang dikelola hanya 12 persen saja atau sekitar 75 meter kubik,” katanya.

Masbud menambahkan, sejak tahun 2017 lalu, pihaknya berinisiatif merubah wajah TPA tersebut ke arah wisata edukasi.

“Alhamdulillah, banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, seperti Unej, IAIN Jember, Poltek, dan pelajar dari sejumlah sekolah juga datang untuk belajar pengolahan sampah disini,” katanya.

Ada beragam wisata edukasi yang ditawarkan, seperti pengolahan sampah menjadi gas methan, kemudian bank sampah, dan pengolahan sampah organik.

“Setiap minggu tidak kurang dari 500 pengunjung yang datang kesini, apalagi hari libur, jumlahnya pasti membludak, jadi setiap bulan kurang ada 2000 pengunjung yang datang,” ungkap Masbud.

Baca juga : Produksi Sampah di Salatiga Mencapai 109 Ton per Hari, Ini yang Dilakukan Pemkot

Selain wisata edukasi, di TPA Pakusari juga menawarkan sejumlah objek untuk berfoto, yang seluruh propertinya terbuat dari sampah.

“Seluruh objek yang kami jadikan spot foto menggunakan sampah. Ada pesan yang ingin kami sampaikan kepada pengunjung disini, kelolalah sampah dengan benar, dan jangan wariskan anak cucu kita dengan sampah,” ucapnya.

Selain itu, di TPA tersebut juga tersedia kantin, yang pembayarannya menggunakan sampah.

“Kami sediakan kantin juga disini, tetapi bayarnya pakai sampah. Kalau pesan kopi cukup bayar dengan 10 botol plastik, teh dengan 5 botol plastik, susu dengan 7 botol plastik, dan mie instan cukup dengan 10 botol plastik. Nilai edukasinya bagi masyarakat, bahwa botol bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis,” katanya.

Baca juga : Di Yogyakarta, Ada Tempat Sampah Khusus bagi Tunanetra

Salah satu pengunjung, Agung mengaku baru pertama datang ke TPA Pakusari. Awalnya, dia ragu untuk datang ke tempat tersebut, karena dalam benaknya muncul kata- kata bau, kotor, dan pastinya menjijikkan.

“Awalnya saya ragu datang kesini, tapi setelah datang lah kok berbeda ternyata. Tempatnya bersih, tidak ada bau, dan cocok untuk berfoto,” katanya tersenyum.

Hal senada disampaikan, Desi. Siswa salah satu SMK di Jember ini mengaku cukup puas datang ke TPA Pakusari. Selain banyak spot untuk berfoto, dia bisa belajar mengolah sampah dengan baik.

“Ternyata kalau sampah dikelola dengan baik, bisa mendapatkan uang, dan bisa mendapatkan energi untuk bahan bakar,” ungkapnya. 

Kompas TV Limbah medis yang tergolong bahan berbahaya dan beracun berserakan di tempat pembuangan sampah di Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com