Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebelum Mati Saya Ingin Melihat Anak Autis Bisa Mandiri"

Kompas.com - 03/05/2018, 06:45 WIB
Heru Dahnur ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Camelia Sulandi (41) tak ingin menyerah pada keadaan.

Meski menjadi tulang punggung keluarga setelah ditinggal suami 8 tahun lalu, ia bertekad membesarkan anak-anaknya dengan baik. Termasuk anaknya yang autis, Andri Sanputra (13).

Warga Desa Keposang, Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung tersebut tidak hanya tekun melatih anaknya di rumah. Ia mendampingi di sekolah luar biasa (SLB) dan Pusat Layanan Autis Bangka Belitung.

Bagi Camelia, melihat anaknya hidup mandiri menjadi sebuah cita-cita yang ingin digapai sebelum ajal menjemput. Itu pula yang menjadi harapannya di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini.

"Sebelum mati saya ingin melihat anak autis bisa mandiri," kata Camelia di rumahnya, Rabu (2/5/2018).

Baca juga : Kisah Ariel, Bocah Penyandang Autis yang Ingin Naik Haji

“Dulu memang tidak bisa komunikasi sama sekali. Sekarang sudah ada kontak mata, bicara mama, makan, dan pulang. Bahkan ia sudah bisa membantu membersihkan dan memarut ubi untuk dibuat kue,” ucapnya.

Andri merupakan bungsu dari dua bersaudara. Sejak balita, ia memperlihatkan gejala hiperaktif, namun tidak bisa berkomunikasi dengan baik.

Sang ibu dengan telaten mendidik dan mendampingi hingga anaknya mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

“Kebiasaan sebelumnya yang cenderung menyakiti diri sendiri, kini beralih pada kegiatan positif. Seperti menggambar dan membantu mengolah ubi untuk dijadikan tepung ubi,” bebernya.

Camelia kini hidup menumpang di rumah milik keluarganya. Ia pun harus bekerja serabutan demi menafkahi sang buah hati.

Mulai dari membersihkan kebun hingga menjajakan makanan ke warung-warung, dilakoninya tanpa mengenal kata lelah.

Baca juga : Sains Tunjukkan Bagaimana Autis Merespons Bau, Hasilnya Tak Terduga

Andri mulai menjalani kehidupan normal seperti membersihkan ubi kayu.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Andri mulai menjalani kehidupan normal seperti membersihkan ubi kayu.
Keterampilan baru, berupa pembuatan makanan tanpa bahan pengawet pun kini dilakoni Camelia setelah mengikuti pelatihan di pusat layanan autis.

Produksi makanan sendiri yang lebih menyehatkan, tidak hanya untuk konsumsi pribadi tapi juga dijual kepada keluarga lainnya yang anaknya menderita autis.

Psikolog Pusat Layanan Autis Bangka Belitung, Wahyu Kurniawan menilai Camelia dan Andri merupakan ibu dan anak yang konsisten melakukan konseling.

Penghargaan pun pernah diberikan pada sang ibu yang sangat berdedikasi merawat anaknya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com