Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Tewasnya Poro Duka dalam Bentrokan Warga dan Polisi di Sumba Barat

Kompas.com - 29/04/2018, 15:15 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


WAIKABUBAK, KOMPAS.com - Bentrokan yang terjadi antara anggota Kepolisian Resor Sumba Barat dengan warga Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebabkan seorang warga bernama Poro Duka meninggal dunia.

Tewasnya Poro Duka membuat pihak keluarga meminta polisi bertanggung jawab penuh atas insiden itu.

Petrus Lolu selaku juru bicara keluarga Poro Duka mengatakan, kejadian itu bermula ketika pada tanggal 25 April 2018 rombongan PT Sutra Marosi Kharisma bersama pihak Kantor Pertanahan (BPN) Kabupaten Sumba Barat, anggota Polres Sumba Barat, anggota TNI Kodim Sumba Barat, anggota Polsek Lamboya, dan Satuan Brimob Polres Sumba Barat mendatangi Marosi, Desa Patiala Bawa, Kecamata Lamboya.

Kedatangan petugas BPN serta ratusan personel polisi dan TNI itu untuk mengukur dan mengecek batas tanah.

"Kedatangan mereka tanpa ada pemberitahuan kepada masyarakat. Sementara masyarakat berdatangan ke lokasi tersebut untuk menyaksikan kegiatan tersebut," ungkap Petrus kepada Kompas.com, Minggu (29/4/2018).

Saat masyarakat berdatangan ke lokasi itu, mereka malah dihadang dan dilarang mendekat oleh aparat Polres Sumba Barat.

Baca juga: Polisi Ringkus Pelaku Bentrok di Ambon Setelah 2 Bulan Buron

Selanjutnya, ketika pengecekan tapal batas sampai di bidang tiga, sempat terjadi keributan antara masyarakat dengan BPN, tetapi masyarakat sekali lagi dihadang oleh anggota Polres Sumba Barat.

Saat itu, kata Petrus, Kepala Desa Patiala Bawa mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan tindakan anarkistis atau melakukan perlawanan.

Imbauan itu, lanjut Petrus, ditaati oleh masyarakat dengan membiarkan BPN dan polisi mengukur atau mengeceka tapal batas dari bidang 3, 4, dan 5.

Sekitar pukul 15.00 Wita, saat pengukuran sampai di bidang lima, masyarakat melakukan klarifikasi karena petugas mengukur jalan ritual agama Marapu yang disucikan oleh penganut Marapu.

"Pada saat bersamaan, beberapa anggota Polri mendorong anak-anak dengan kasar. Salah satu warga masyarakat atas nama Seprianus Djari mengambil gambar kejadian tersebut menggunakan kamera ponsel miliknya, tetapi anggota polisi melarang dan berusaha merampas ponsel serta langsung melakukan penganiayaan kepada Seprianus Djari," jelas Petrus.

Melihat Seprianus Djari dipukul polisi, keluarga dan warga lainnya lalu berusaha menarik Seprianus Djari untuk keluar dari kerumunan polisi.

Namun, polisi kemudian mengeluarkan beberapa kali tembakan dan mengenai bagian dada Poro Duka.

Selain itu, ucap Petrus, polisi juga melakukan penganiayaan dengan memukul memakai popor senapan terhadap sejumlah warga, yakni Seprianus Djari, Bolo Dowa, Daniel Dake Nini, Kedu Talo Tego, Rawa Waingu, Teovanus Tema Jawu, dan Lukas Lade Bora.

Selain itu, satu warga mengalami luka tembak di kaki kanan dan kiri, yakni Markus Matti Duka.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com