Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rasanya Itu Sudah Pasrah, seperti Ingin Mati atau Ditangkap Polisi"

Kompas.com - 20/04/2018, 21:33 WIB
Hadi Maulana,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

 

BATAM, KOMPAS.com - Setelah beberapa hari berjibaku menyelamatkan diri, setidaknya 101 TKI ilegal asal Indonesia yang sempat terombang-ambing selama 6 jam di perairan Batu Putih, Johor, Malaysia, Jumat (20/4/2018), bisa kembali tersenyum.

Meskipun saat ini mereka masih harus menjalani sejumlah pemeriksaan, baik yang dilakukan Ditpolairud Polda Kepri maupun BNP2TKI Batam, setidaknya mereka sudah bisa lepas dari rasa ketakutan yang selama ini menghantui mereka selama melakukan perjalanan pulang melalui jalur abu-abu ini.

Seperti yang diceritakan Ella Sari (25), salah satu TKI ilegal asal Lombok Timur yang sempat mendapatkan penanganan medis karena kelelahan.

Ella mengaku sudah seperti ingin mati atau ditangkap polisi saat mengikuti proses pemulangan melalui jalur abu-abu ini.

"Saya pikir saya sudah tidak bisa hidup lagi, sebab banyak sekali rintangan yang harus saya hadapi selama melakukan perjalanan pulang dari Malaysia menuju ke Indonesia melalui jalur abu-abu itu," kata Ella, Jumat.

Untuk bisa tiba di Batam, Ella mengaku harus menginap di tengah hutan selama dua hari dan berjalan kaki selama 9 jam dari tengah hutan menuju pinggir pantai.

"Kami mulai jalan dari tengah hutan itu sekitar jam 14.00 LT waktu setempat dan tiba di pinggir pantai sekitar jam 23.00 LT waktu setempat. Bahkan saat perjalanan itu saya sudah pasrah, apabila saya tidak bisa menyelesaikan perjalanan tersebut," ungkapnya.

Baca juga: Tolong Saya, Pak, Saya Tidak Kuat Lagi

Tidak saja menderita selama melakukan perjalanan di tengah hutan, selama berada di dalam kapal yang mengangkut dirinya dan ratusan TKI lainnya dari Johor menuju ke Batam, dirinya juga kembali merasakan penderitaan.

"Kami bukan seperti manusia lagi di atas kapal itu, sudah seperti barang ditumpuk begitu saja. Bahkan mau naik ke atas kapal itu, kami juga harus mengarungi air laut setinggi dada saya, karena kapal tidak bisa mendarat ke pinggir. Makanya kami yang harus berjalan dan mengarungi air laut menuju ke kapal," kenangnya.

Bahkan selama di dalam hutan, Ella mengaku, dirinya juga tidak tentu makan karena hanya mengandalkan persedian makanan yang dibeli selama dalam perjalanan saat hendak menuju ke hutan tersebut.

"Tapi syukur alhamdulillah, saat ini saya sudah mulai agak enakan. Setelah kemarin mendapatkan perawatan medis di Rumkit Bhayangkara Polda Kepri," ujar Ella.

Senada juga diungkapkan Amirah, TKW asal Surabaya ini mengaku harus rela menginap di tengah hutan selama tiga hari tiga malam.

"Tiga hari tiga malam saya di tengah hutan, terasa sudah kebal dengan gigitan nyamuk dan semut. Beruntung saya beli makanan agak banyak, jadi masih bisa bertahan dengan persediaan makanan seadanya ini," ucap Amirah.

Amirah mengaku, dirinya harus bertahan di hutan selama tiga hari tiga malam karena untuk bisa diberangkatkan ke Batam, pihak penyedia kapal menargetkan harus ada 100 penumpang.

"Makanya kami kami harus menunggu hingga jumlah 100 orang, baru bisa diberangkatkan ke Batam," ungkapnya.

Saat disinggung biaya yang dikeluarkan untuk bisa naik ke atas kapal dan menuju ke Batam, Amirah mengaku, dirinya disuruh membayar 600 ringgit Malaysia.

"Tapi kalau untuk sampai ke Surabaya, uang yang saya keluarkan hingga 1.300 ringgit Malaysia," jelasnya.

Saat ini 101 TKI ilegal sudah berada di BNP2TKI Batam, dan selanjutnya akan dipulangkan ke masing-masing daerahnya.

Baca juga: Penumpang Kapal yang Tenggelam di Batu Putih Ternyata Berjumlah 106 Orang dan TKI Ilegal

Kompas TV Sebuah angkot terjun ke dalam Kali Cakung, Jakarta Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com