Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Jokowi: Kritik Boleh, Cemooh Jangan

Kompas.com - 15/04/2018, 07:06 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kritik terhadap pemerintah menjadi salah satu hal yang dibahas Presiden RI Joko Widodo ketika berbicara di depan para penyuluh agama di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (14/4/2018).

Menurut Presiden, kerap kali kritikan diterimanya tanpa data dan tidak pula ada solusi yang ditawarkan.

"Kita ini kadang sering tidak bisa membedakan mana yang kritik dan mana yang mencela. Beda lho itu. Mana yang kritik dan mana yang mencemooh, mana yang kritik dan mana yang menjelek-jelekkan," ucap Jokowi.

Presiden Jokowi lalu menjelaskan perbedaan antara kritik dan celaan. Menurut dia, kritik tanpa data dan solusi, hanyalah sebuah celaan atau cemoohan. Apalagi disampaikan dengan menjelek-jelekkan.

"Kritik itu harus ada basis datanya dan memberi solusi. Kalau tidak ya itu namanya mencemooh," ungkapnya.

(Baca juga: Senyum Geli Jokowi Saat Gendong Anak Balita Bernama Jokowi di Asmat)

Sebelumnya, Presiden menuturkan bahwa Indonesia adalah negara besar. Buktinya adalah panjangnya waktu tempuh dari satu wilayah ke wilayah lainnya, misalnya pengalamannya terbang dari Aceh ke Wamena, Papua.

"Saya terbang ke Banda Aceh ke Wamena itu berapa (lama)? 9 jam 15 menit. Itu setara London ke Istanbul melewati 6-7 negara," ujar Jokowi pada acara yang sama.

"Ini negara besar. Itu kalau jalan kaki berapa tahun?" tambahnya lalu disambut tepuk tangan para peserta.

Sebagai negara besar, lanjut dia, Indonesia masih memiliki tantangan dalam masalah kemiskinan, ketimpangan hingga kesenjangan sosial. Hal ini bisa dilihat dari pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur.

Di Indonesia timur, menurut Jokowi, kondisi infrastruktur jauh dari layak. Konektivitas antar wilayah belum terbangun dengan baik, seperti halnya di Pulau Jawa.

(Baca juga: Jokowi Minta Sebutkan 17.000 Pulau di Indonesia, Jawaban Wanita Ini Bikin Dia Kagum)

Kepada para peserta, Jokowi menunjukkan gambar jalan utama di Papua yang masih berupa jalan tanah. Ketika hujan, jalan itu menjadi rusak dan becek.

"Jangan hanya lihat di Jateng. Di Papua, jalan tadi yang belum diaspal. 60 km itu butuh waktu 3 hari, memasak di tengah hutan," ucapnya.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengaku ingin menggenjot infrastruktur di Papua untuk mengurangi kesenjangan pada masa kepemimpinannya. Dia ingin agar semua jalan di Papua terkoneksi satu dengan yang lain.

"Bagaimana perasaannya warga Papua melihat di Jawa. Itu bicara antar kabupaten dan provinsi. Wamena-Nduga, 4 hari jalan kaki lewat hutan. 2019 nanti tersambung antar kabupaten dan provinsi," kata Jokowi.

 

Kompas TV Presiden Joko Widodo meminta para ulama untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam setiap khotbahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com