Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahagianya Siti Tak Lagi Belajar Pakai Senter karena Sudah Ada Listrik Aki

Kompas.com - 15/04/2018, 05:28 WIB
Farida Farhan,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Siti Badriah tersenyum. Dia mengaku bahagia akhirnya bisa belajar di malam hari tanpa menggunakan cempor maupun lampu senter.

Maklum, semenjak lahir di Kampung Cilele, Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, malam di rumahnya hanya diterangi lampu cempor. Dulu lampu itu berbahan bakar minyak tanah. Namun setelah langka di pasaran, lampu cempor diisi dengan solar, yang mengeluarkan asap dan bau menyengat.

"Kalau belajar malam hari menggunakan batere (lampu senter)," ujar siswi kelas IX SMP Paket B Bunga Bangsa, Kampung Cilele, Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat itu.

Namun, Siti mengaku tak jarang memilih waktu belajar di siang hari agar tak perlu repot-repot menggunakan lampu senter. Jikapun terpaksa belajar pada malam hari, durasinya hanya sebentar.

"Kalau malam hari paling belajar sekitar 30 menit," ungkapnya.

Ia pun mengaku senang keluarganya mendapat bantuan Listrik Mandiri Rakyat (Limar) berbahan bakar aki yang hemat energi.

"Tentu saja kami senang, sudah bisa belajar pada malam hari. Dan rumah tidak lagi menggunakan cempor," tambah Siti.

Terlebih ia dan beberapa murid di SMP Paket B Bunga Bangsa bakal menempuh Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang menggabungkan di sekolah lain.

"Kami jadi tambah semangat untuk belajar," ujarnya.

Di Kampung Cilele itu, puluhan siswa bernasib sama dengan Siti Badriah. Tiap malam, mereka belajar hanya mengandalkan lampu cempor maupun lampu senter. Maklum, listrik belum masuk ke dusun mereka.

Mereka tinggal di tanah Perhutani yang letaknya tak jauh dari Karawang Internasional Industrial City. Belum lagi jalanan di dusunnya yang rusak dan penuh lumpur. Jika hujan, jalanan bertambah sulit dilalui sehingga mengharuskan siswa dan warga Kampung Cilele dan sekitarnya beraktivitas dengan jalan kaki.

Berangkat dari keprihatinan anak-anak di Kampung Cilele yang belajar hanya dengan cempor, Limar terketuk untuk memberikan bantuan penerangan.

"Kami mendengar kondisi tersebut dari salah satu guru yang mengajar di SDN Wanajaya III kelas jauh. Kami survei, dan ternyata benar," ungkap pencipta Limar, Ujang Koswara, ditemui di Dusun Cilele, Kamis (12/4/2018) sore.

Menurut Ujang, malam tanpa cahaya terang merupakan bentuk ketidakadilan bagi siswa-siswi yang tinggal di Kampung Cilele. Dimana standar ujian disamaratakan seluruh Indonesia, sementara di Kampung Cilele masih menggunakan lampu cempor.

Ujang mengaku pihaknya, Yayasan Pilar Peradaban, tak mau terpaku pada administrasi pemerintah yang rumit. Pihaknya, kata dia, berpikir menghadirkan solusi yang bermanfaat bagi orang lain.

"Bantuan ini gratis. Kita berpikir bagaimana bermanfaat bagi orang lain. Memanusiakan manusia," ungkap pria yang juga bergabung dengan The Panasdalam Institut itu.

Kali ini pihaknya memberikan 50 Limar kepada masyarakat di Kampung Cilele dan sekitarnya. Namun ke depan, tak menutup kemungkinan bagi warga lain di wilayah itu.

"Data yang kami dapat di sini (Kampung Cilele dan sekitarnya) ada 4.500 rumah yang tidak teraliri listrik. 50 ini tahap awal," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com