Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napi Sebut Petugas Lapas Terlibat dalam Pemerasan Video Bugil

Kompas.com - 13/04/2018, 09:13 WIB
Agie Permadi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Salah satu narapidana Lapas Jelekong, Kabupaten Bandung berinisial T (nama samaran) menceritakan skandal kejahatan di Lapas Jelekong. Kejahatan yang dilakukan ribuan napi tidak akan terjadi tanpa campur tangan petugas lapas. 

Saat ini T dalam perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Lantaran ia bersedia bekerjasama untuk mengungkap kasus pemerasan yang dilakukan para napi di dalam Lapas Jelekong. 

T pun membagikan pengalaman pahitnya. Sejak ia masuk ke Lapas Jelekong sebagai tahanan akhir 2017 lalu ia diajari bagaimana melakukan pemerasan melalui media sosial. Sasarannya adalah korban wanita berusia 25-56 tahun.

Ia berkenalan hingga intens berhubungan via chat di media sosial maupun pesan singkat. Para korban biasanya dijanjikan akan dinikahi dan diminta untuk melakukan telepon seks hingga video call tanpa busana.

 

(Baca juga : Seorang Napi Ungkap Sindikat Kejahatan di Lapas Jelekong)

Video ini kemudian direkam dan menjadi alat untuk memeras uang korban dengan ancaman akan menyebarkannya. Aksinya ini menghasilan uang puluhan juta rupiah per minggu. T mengaku terpaksa melakukan itu. Jika tidak, ia akan dianiaya napi lainnya. 

Aliran Uang

T menceritakan, setiap uang hasil pemerasan dikumpulkan ke kepala kamar, sedang bukti resi struk dikirim melalui aplikasi WA. Uang tersebut nantinya diberikan kepala kamar kepada bagian administrasinya yang juga seorang napi. 

Uang yang ditransfer korban ke rekening pelaku nantinya akan ditarik tunai. Penarikan itu pun dibantu orang luar lapas yang kemudian dikirim ke lapas.

 pelaku yang tak lain para napi. Tapi ia menduga, ada uang yang mengalir ke petugas.  

"Uang itu juga untuk koordinasi kepada petugas lapas," kata T, belum lama ini. 

Menurut T, uang itu untuk menghindari masalah dan ancaman yang mengganggu pekerjaan memeras para napi.

(Baca juga : Peras Korban Lewat Video Bugil, Para Napi Kantongi Rp 800 Juta Per Minggu_

"Uang koordinasi kemungkinan (jumlahnya) besar, untuk menutup ancaman dari luar seperti kegiatan rutin sidak dari luar dan koordinasi agar tidak ada masalah di dalamnya," ungkap T.

Jumlah uang yang disetorkan cukup besar. "Setor ke petugas lapas paling kecil Rp 100.000, paling besarnya Rp 40 juta setiap minggu. Untuk apel harian ada dan mingguan juga ada," jelasnya.

Menurutnya, sindikat kejahatan pemerasan yang dilakukan para napi ini tidak tercium kepala Lapas. "Kepala lapas kemungkinan tidak tahu karena itu permainan orang napi," ujarnya. 

Meski begitu, ia menduga ada keterlibatan para petugas lapas dalam pekerjaan pemerasan yang dilakukan para napi. "Petugas yang terlibat, hampir 85 persen," ujarnya.

(Baca juga : Usai Kuras Uang Korban dengan Modus Sebar Video Bugil, Napi Hapus Akun Medsosnya )

Contoh sederhananya, masuknya telepon seluler ke dalam lapas. Tanpa ada bantuan petugas lapas, hal itu sulit dilakukan. Padahal untuk menjalankan aksi ini, ribuan napi memerlukan ponsel.

"HP sudah difasilitasi oleh kepala kamar, alur masuk HP kita kerja sama dengan petugas lapas," ungkapnya.

Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Barat Indro Purwoko mengaku akan mendalami pernyataan T tersebut. "Jadi 85 persen itu kan hanya pengakuan ya. Apakah betul pengakuan itu, kan perlu kita dalami juga. Itu pengakuan kita akan dalami," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com