Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Minta Pemerintah Jujur soal Keberadaan Tenaga Kerja Asing

Kompas.com - 12/04/2018, 10:22 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir,
Reni Susanti

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com — Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta pemerintah transparan untuk menjelaskan serbuan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia.

SBY mengaku kerap mendapatkan pertanyaan mengenai serbuan TKA ke Indonesia. Namun, dirinya tidak mempunyai data pasti tentang jumlah TKA di Indonesia seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.

"Saya juga mendengar kecemasan yang sama bahwa tenaga kerja asing itu datang dalam jumlah yang banyak. Saya tidak punya angka, berapa banyak tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia ini. Dengarnya di sana ada, di sini ada, banyak sekali informasinya, banyak sekali isunya," ujar SBY di Pendopo Agro Wisata PT Sido Muncul, Rabu (11/4/2018) sore.

Sebelumnya, dalam rangkaian SBY Tour Jawa Tengah di Kabupaten Semarang, Rabu (11/4/2018), SBY mengunjungi pabrik jamu Sido Muncul yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Kilometer 28 Bergas.

(Baca juga: SBY: Jangan Malu Jadi Petani, Itu Pekerjaan Mulia)

Selain melihat pengolahan jamu, SBY yang datang bersama istri dan sejumlah petinggi Partai Demokrat juga membuka kesempatan tanya jawab kepada para karyawan.

Salah satu karyawan yang bertanya adalah Tugiman. Ia menanyakan ihwal banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia yang mengancam keberadaan tenaga kerja lokal.

Ia menanyakan apa peran pemerintah dan Dewan agar tenaga lokal diposisikan dan diberikan kesempatan yang lebih baik.

Masih menjawab pertanyaan Tugiman, SBY justru meminta kepada pemerintah agar jujur menjelaskan persoalan tenaga kerja asing ini. Jika memang informasi tersebut tidak benar, agar disampaikan secara jelas.

"Daripada saya salah, lebih baik pemerintah menjelaskan secara gamblang, terbuka tentang benar atau tidak benar, tenaga-tenaga kerja asing datang ke Indonesia dalam jumlah yang besar. Kalau tidak benar, berapa yang datang, dari negara mana? Golongan apa? Pekerjaannya di mana? itu yang pertama," tandasnya.

(Baca juga: SBY: Jika Demokrat Kembali ke Pemerintahan, Ada Dua Hal yang Akan Dilaksanakan)

Kedua, dalam kerja sama ekonomi antar-negara, jamak ditemukan pekerja lintas negara. Dalam posisi tertentu, keberadaan TKA masih bisa diterima. Namun, dalam hal ini, pemerintah dituntut lebih berhati-hati karena jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup banyak.

"Tetapi, kalau tenaga kerja kita berlebih, skill-nya sama, kecakapannya sama, lebih baik kita berikan kesempatan tenaga kerja kita sendiri. Dengan demikian, tidak menimbulkan masalah sosial, itu lebih adil, harapan saya seperti itu," ucapnya.

SBY berandai-andai, jika Demokrat kembali ke pemerintahan, pihaknya memastikan kebijakan melindungi tenaga kerja lokal akan lebih diutamakan. Namun, SBY menyarankan agar kecemasan mengenai TKA disampaikan secara langsung kepada pemerintah saat ini.

"Kalau ada kekhawatiran disampaikan saja, tidak apa-apa. Ini pemerintahan kita sendiri, Presiden Jokowi, presiden kita sendiri. Sampaikan saja, Pak, kami ini cemas, banyak tenaga kerja asing, apa betul? kalau tidak betul, bagaimana. Saya yakin pemerintah mendengar," katanya.

(Baca juga: Dengan UU Keistimewaan DIY, SBY Klaim Demokrat Sangat Perhatikan Yogyakarta)

Pada akhir sesi tanya jawab dengan karyawan PT Sido Muncul, SBY diminta menyanyikan sebuah lagu. Setelah beberapa saat berpikir, SBY sepakat menyanyikan lagu karya Koes Plus berjudul "Ojo Podo Nelongso".

"Lagu ini banyak hikmahnya," ucapnya.

Mengakhiri kunjungannya, SBY dan Ani Yudhiyono didampingi Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat dan Sofyan Hidayat menanam pohon kalpataru.

Kompas TV Panen padi yang digelar Partai Demokrat dinyatakan melanggar oleh Panwaslu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com