Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan 13 Siswa SMA di Gorontalo Ikuti Ujian Nasional

Kompas.com - 10/04/2018, 17:19 WIB
Rosyid A Azhar ,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

Kompas TV Siswa di Dusun Jelok, Gunungkidul, harus menempuh jalan panjang untuk ikut ujian.

Seusai istirahat sejenak, rombongan melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka harus menepi di dinding tebing. Jalan hanya pas untuk satu orang, mereka berpegang pada akar atau batang semak untuk menjaga keseimbangan dan menghindari jurang di sisinya.

Naas bagi Chrisnal Bunoko, kakinya tersandung kayu yang mencuat di sisi tebing. Ia kaget, tubuhnya tak bisa diseimbangkan. Ia terguling jatuh ke jurang.

Anggota rombongan lain kaget, yang laki-laki segera menolong sambil menuruni jurang.

Saat kembali di atas jalan setapak, Chrisnal Bunoko meringis sambil memegangi lututnya, ada darah segar yang merembes di kulit bagian bawah tempurung lututnya.

“Saya lihat ia tersandung akar yang mencuat dan tiba-tiba ia terjatuh ke jurang,’ kata Zulkifli Datu, teman mereka.

Baca juga: Komputer Terbatas, Sekolah di Kupang Pinjam Laptop Siswa Saat UNBK

Sejenak mereka beristirahat sambil memberi waktu bagi Chisnal Bunoko untuk menenangkan diri. Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Riuh suara serangga, burung, dan satwa lain di hutan ini seakan memberi semangat kepada 13 siswa untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

Saat memasuki kawasan Hungayono, nesting ground peneluran burung maleo (Macrocephalon maleo), hati mereka sudah berbunga-bunga. Tidak lama lagi mereka akan keluar dari rimba belantara dan menemukan desa pertama, Tulabolo.

Semakin mendekati kampung, mereka berusaha mempercepat langkah, tatapan mata mereka yang kuyu dipergoki tarsius (Tarsius supriatnai) bermata besar, primata sekepalan tangan yang berteduh di pohon bambu.

Puluhan jalak tunggir merah (Scissirostrum dubium) bergeming di sarangnya, kayu mati yang dipenuhi lubang, saat rombongan melintas di sisinya.

Saat berada di jembatan gantung terakhir Desa Tulabolo, wajah mereka semringah. Di depan mereka membentang jalan aspal, mereka bergesa naik mobil bak terbuka menuju rumah salah satu guru mereka di Suwawa.

Segala lelah letih terbayarkan, mereka bergembira bisa naik mobil bak terbuka. Harapan dan kebanggaan mereka melambung tinggi karena menjadi peserta ujian nasional. Ini perjuangan besar untuk meraih pendidikan.

“Cita-cita saya untuk menjadi guru terasa semakin dekat,” ujar Nurain Talib.

13 siswa tidak berkecil hati untuk mengikuti ujian nasional meskipun memegang komputer adalah peristiwa besar dalam hidup mereka.

Memegang komputer terakhir kali dilakukan saat ujian semester ganjil lalu di SMK Negeri Suwawa. Waktu itu mereka pun jalan kaki sepanjang hari.

“Sebenarnya saya grogi juga saat memegang papan ketik komputer, tetapi saya fokus untuk menjawab soal-soal ujian dan lama-lama kegamangan teknologi hilang,” kata Nurain Talib.

Perjuangan 13 siswa ini adalah harapan ribuan warga Pinogu yang hidup enklave dalam kawasan taman nasional. Kepada para siswa ini, masyarakat desa berharap untuk memajukan kebudayaan mereka.

Pendidikan adalah kunci kemajuan, perjuangan seberat apa pun akan ditempuh untuk kehidupan yang lebih baik. Ke-13 siswa SMA Negeri Pinogu itu tengah berjuang merajut masa depan mereka dan daerahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com