Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Taklukan 6 Gunung di Dunia, 2 Srikandi Ini Siap Jajal Gunung Everest

Kompas.com - 06/04/2018, 16:03 WIB
Agie Permadi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Setelah berhasil mencapai enam puncak gunung, Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24), dua orang perempuan yang tergabung dalam tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition, melanjutkan perjalanan untuk menaklukan misi lainnya, yakni mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest.

Gunung Everest akan menjadi puncak gunung terakhir dari rangkaian misi mengibarkan bendera Indonesia di tujuh gunung tertinggi di tujuh benua.

Sebelumnya, mereka berdua telah berhasil mencapai enam puncak gunung tertinggi di belahan dunia lain, yakni Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl), Gunung Elbrus (5.642 mdpl), Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl), Gunung Aconcagua (6.962 mdpl), Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl), dan Gunung Denali (6.190 mdpl) dalam empat tahun ke belakang.

“Semua pengalaman yang telah kita dapat selama empat tahun melakukan ekspedisi ini, kami merasa cukup siap untuk melaksanakan ekspedisi terakhir ini,” Kata Mathilda dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (6/4/2018).

Pegunungan Himalaya, Everest merupakan titik tertinggi yang ada di bumi. Dengan catatan elevasi 8.848 meter di atas permukaan laut, ketinggian Everest hampir sama dengan menumpuk dua Gunung Carstensz, gunung tertinggi di Indonesia.

Baca juga : Pendaki Asal Selandia Baru Belum Ditemukan, Semua Jalur Pendakian Gunung Merbabu Ditutup

Menurutnya, dalam pendakian kali ini, Everest akan menghadirkan tantangan ekstra, karena langkah menuju puncak, oksigen di ketinggian ini berkurang hanya menjadi sepertiga, dibandingkan dengan yang bisa kita hirup dengan bebas sekarang ini.

Salah satu Seven Summiteers Indonesia yang pernah menjejakkan kakinya di gunung tersebut, Frans, mengatakan bahwa perjalanan akan terasa berat dengan oksigen setipis itu.

"Badan terasa amat dingin. Napas menjadi amat berat. Jalan satu langkah membutuhkan empat kali pengambilan napas," ujarnya.

Baca juga : Pendaki yang Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Lawu Diduga Bunuh Diri

Kondisi itu, lanjutnya, sudah dapat dirasakan di area sekitar kamp 3 yang berketinggian sekitar 7.200 mdpl, bahkan sebelum mencapai ketinggian 8.000 meter. Di musim dingin pada bulan Januari, suhu di puncak Everest bisa mencapai -60 derajat Celsius. Pada musim panas yang merupakan musim pendakian, suhu udara di pucuk bumi ini "hanya" berkisar -20 derajat Celsius, menambah tantangan lebih bagi pendaki, apalagi yang berasal dari daerah beriklim tropis seperti Indonesia.

Kamis, 29 Maret 2018 lalu, dua srikandi ini sudah memulai perjalanannya dengan harapan mengharumkan nama ibu Pertiwi di kancah Internasional lewat kibaran merah putih di atap dunia, Gunung Everest.

Kompas TV Tim Basarnas Jawa Tengah mulai mencari warga negara New Zealand yang hilang di Gunung Merbabu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com