Untuk jenis buku-buku tertentu, yakni favorit dan langka yang berkisar ratusan, hanya bisa dilihat di display kaca. Hanya pengunjung yang memerlukan untuk tujuan penelitian yang diperbolehkan. Itu pun hanya dengan memfotonya.
"Ada koleksi buku saya terbitan tahun 1800-an. Buku itu ada dengan aksara Jawa, Latin, itu sengaja saya taruh dalam kotak kaca agar awet," jelas Sigit.
Sigit mengatakan, dari ratusan buku kuno koleksinya, paling banyak diminati buku tentang keris.
"Buku keris paling banyak dibaca di sini," tutur Sigit.
Sigit berharap kehadiran Kafe Bukuku Lawas ini bisa menggairahkan kembali minat baca di tengah masyarakat.