Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upper Papua Akan Dijadikan Jalur Penerbangan Internasional

Kompas.com - 04/04/2018, 21:47 WIB
Hendra Cipto,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - AirNav Indonesia Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) telah memetakan Upper Papua sebagai jalur penerbangan internasional.

General Manager Airnav Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) Novy Pantaryanto mengungkapkan, jalur penerbangan internasional pada upper Papua lebih efektif ketimbang jalur yang sekarang digunakan.

Selama ini, penerbangan internasional harus transit di Filipina jika pesawat hendak ke Indonesia. 

"Selama ini kan jalur penerbangan internasional tidak tertata dan selalu melewati ruang udara Filipina. Jadi harus transit dan penerbangan selalu delay 3 sampai 4 jam. Jika penerbangan internasional sudah lewat upper Papua, penerbangan internasional diyakini tidak akan delay lagi," tuturnya, Rabu (4/4/2018).

(Baca juga : Sepeda Motor Bekas Amien Rais Dijual Rp 40 Juta )

Novy menjelaskan, melalui jalur upper Papua memang lebih jauh jaraknya ketimbang jalur lurus yang melintasi Filipina. Tapi dari segi waktu, penerbangan lebih efisien dan tidak memakan waktu lama.

"Jalur penerbangan internasional lewat upper Papua sudah disepakati oleh Jepang, China, dan Amerika. Mereka lebih memilih melingkar sedikit, ketimbang lewat di atas Filipina," bebernya.

Novy menurutkan, penerbangan internasional yang kini lewat upper Papua sekitar 200-an per hari. Ditambah dengan domestik sekitar 500-an, sehingga penerbangan di upper Pupua mencapai 800-an per hari.

"Ya penerbangan internasional yang lewat di upper Papua sekitar 30 persen dan 70 persen lagi penerbangan domestik. Upper Papua ini merupakan pelayanan peningkatan keselematan penerbangan dan peningkatan komunikasi dari kami," tambahnya.

(Baca juga : First Travel Masih Berutang Rp 300 Juta ke Vendor Handling Bandara )

Diketahui, AirNav Indonesia Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) dibagi tiga ruang wilayah udara di bagian timur Indonesia. Pembagian wilayah udara ini, lantaran lalu lintas penerbangan sangat padat.

Dulunya ruang udara di bawah naungan MATSC ada 6 upper. Namun dilakukan penambahan tiga upper, sehingga kini menjadi 9 upper.

"Karena lalu lintas udara sangat padat, sehingga ada 1 upper yakni upper Ujung dibagi menjadi tiga upper. Upper yang dibagi tiga yakni upper Papua, Ambon, dan upper Manado. Jadi total sekarang ada 9 upper yang dulunya ditangani 6 upper," sebut Novy.

Pemecahan upper Papua, upper Ambon, dan upper Manado, sudah dilakukan uji coba sejak 2017 lalu. Pemecahan upper ini untuk meningkatkan pelayanan dari segi komunikasi dan peningkatan keselamatan penerbangan.

"Dengan pembagian upper restrukturisasi atau penataan ulang ruang udara di kawasan timur Indonesia, dapat mengurangi kesibukan di ruang udara. Dimana, pilot merasa nyaman dengan pembagian upper ini," tuturnya.

Pengoptimalan tiga upper baru ini, lanjut Novy, akan dilakukan pada September atau November 2018. Namun sejumlah pesawat sudah melakukan uji coba di tiga upper baru tersebut.

"Kita sudah bahas pembagian tiga upper baru di Kementerian Perhubungan dan Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA). Saat masih bernama Upper Ujung Is, ruang udara di kawasan timur dilalui sekitar 200 penerbangan internasional serta 500 penerbangan domestik setiap hari," bebernya.

Novy menambahkan, restrukturisasi ruang udara ini sejalan dengan program strategis pemerintahan Presiden Joko Widodo. Yakni peningkatan layanan navigasi penerbangan di kawasan timur Indonesia khususnya Papua.

Kompas TV Ditengah kritik infrastruktur yang diberikan oleh pemerintah, salah satunya proyek Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com