Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habitat Duyung di Perairan Selatan Kalimantan Makin Terancam

Kompas.com - 03/04/2018, 22:18 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Di perairan Laut Jawa, selatan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, masih terdapat ikan duyung (dugong). Ini karena di sana masih terdapat lamun (rumput laut) yang menjadi habitat mamalia herbivora itu.

Namun, keberadaan duyung dan lamun itu dalam posisi terancam. Padahal dugong di perairan Kotawaringin Barat, itu kini satu di antara empat projek konservasi dugong di Indonesia.

Field Manager Program Konservasi Dugong dan Lamun World Wildlife Fund (WWF) Indonesia di Kalimantan Tengah, Idham Pasya mengatakan, penyebab merosotnya populasi duyung karena perburuan, pemanfaatan dagingnya, atau tertabrak kapal.

Selain itu, penurunan luas area dan kualitas lamun, dan pencemaran laut karena limbah atau penangkapan ikan dengan menggunakan racun jadi penyebab lainnya.

(Baca juga : Seekor Duyung Ditemukan Mati Terdampar di Laut Ambon )

Idham menjelaskan, perburuan dugong di perairan Kotawaringin Barat sudah lama berakhir. Namun, terkadang duyung tak sengaja terjerat jala nelayan, dan dagingnya tetap dikonsumsi.

"Walaupun tangkapan sampingan, tapi masih dimanfaatkan, dianggap rezeki," ujar Idham dalam desiminasi hasil penelitian pemberdayaan masyarakat pesisir dan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir, di Kotawaringin Barat, Selasa (3/4/2018).

Kasus terakhir terjeratnya duyung di perairan Kotawaringin Barat itu terjadi pada Maret lalu. Saat itu ditemukan duyung seberat 35 kilogram yang mati dan lalu dikonsumsi, setelah terjerat jaring nelayan.

Idham menegaskan, duyung termasuk satwa langka yang dilindungi. Perlindungan mamalia herbivora ini tertuang melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.

"Duyung dilindungi, tidak boleh dimanfaatkan. Bahkan sampai air matanya pun tidak boleh," tuturnya.

Berdampak pada Masyarakat

Idham mengatakan, penyelamatan duyung dan habitatnya harus dilakukan melalui penguatan konservasi, peningkatan kesadartahuan dan penelitian soal duyung, serta pengelolaan konservasi berbasis masyarakat.

"Untuk konservasi, kita harus memberikan impact pada masyarakat," kata dia.

Sebenarnya, masyarakat sudah tahu duyung satwa dilindungi. Mulyadi, Ketua Badan Perwakilan Desa Teluk Bogam pun mengakuinya. "Dulu, perburuan memang dilakukan, tahun 1980-an dan 1990-an. Kakek kita seorang ahlinya," aku Mulyadi.

Untuk menopang kesiapan masyarakat pesisir terlibat dalam konservasi dugong, Universitas Antakusuma merilis potensi sumber matapencaharian alternatif yang bisa dilakukan masyarakat.

(Baca juga : Menteri Susi Angkat Bicara soal Uang Kompensasi Pembebasan Ikan Duyung )

Arifin, ketua tim peneliti Antakusuma menuturkan, masyarakat empat desa di pesisir Kotawaringin Barat (Kubu, Sungai Bakau, Teluk Bogam, dan Keraya) mengandalkan penangkapan ikan.

Selain itu, mereka membudidayakan rumput laut, budi daya tumbuhan ujung atap, spirulina, dan menjadikan wilayahnya sebagai destinasi wisata konservasi.

Rasdi Wangsa, Field Office Manager Swisscontact Wisata mengatakan, masyarakat pesisir bisa mengemas paket wisata dugong sebagai bagian dari upaya konservasi itu.

Kompas TV Tak hanya menyerahkan sertifikat kepada warga Bali, Presiden Jokowi juga kembali memberi kuis berhadiah sepeda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com