Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Roboh, Siswa Seberangi Sungai Andalkan Perahu untuk Ikuti Ujian Nasional

Kompas.com - 02/04/2018, 09:38 WIB
Markus Yuwono,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah siswa di Dusun Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, harus mengandalkan perahu untuk bisa mengikuti ujian nasional berbasis komputer.

Mereka harus menyeberangi sungai sepanjang 50 meter menggunakan perahu yang ditarik tangan manusia karena jembatan penghubung roboh diterjang banjir.

Selain itu, mereka juga harus berjalan kaki karena sepeda motor milik warga tidak bisa menyeberangi sungai.

Jika memutar arah menggunakan kendaraan bermotor, para siswa harus memutar hingga lebih dari 20 kilometer dengan melewati hutan wanagama yang akses jalannya rusak.

Seorang siswa, Danu Rahmadi, mengatakan, sebagian pelajar di Dusun Jelok memilih untuk menyeberang Sungai Oya menggunakan perahu karena jembatan rusak.

Sebagian pelajar lainnya harus memutar puluhan kilometer, yaitu melewati Kecamatan Playen baru ke Patuk.

Baca juga: 4 Siswa dan 1 Guru Tewas Terseret Arus Sungai di Mamuju Tengah

Mereka harus bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah akibat jembatan gantung roboh tersapu derasnya banjir pada 28 November 2017.

Danu pun harus berangkat lebih pagi karena harus meninggalkan motornya di rumah dan berjalan kaki seusai menyeberang. Padahal, hari ini siswa kelas III SMK 1 Patuk ini menempuh ujian nasional untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

"Waktunya tersita biasanya menggunakan motor langsung menyeberang jembatan, tetapi sekarang harus menggunakan perahu dan jalan ke sekolah," kata Danu saat berbincang di lokasi, Senin (2/4/2018).

Ia berharap agar jembatan tersebut bisa segera diperbaiki sehingga mereka tidak perlu lagi kerepotan hanya untuk berangkat ke sekolah.

"Semoga secepatnya diperbaiki," imbuh dia.

Warga lainnya, Sukri, mengatakan, akibat jembatan rusak karena banjir pada akhir November 2017, masyarakat beraktivitas menggunakan perahu untuk menyeberang Sungai Oya.

Meski cukup berat, masyarakat di Dusun Jelok memilih menyeberang dibandingkan harus memutar belasan kilometer untuk beraktivitas.

"Masyarakat mengandalkan perahu untuk penyeberangan. Hanya saja, saat terjadi banjir maka perahu akan diistirahatkan," ucap Sukri.

Baca juga: Kisah Penarik Perahu Tambang, Pahlawan Sungai Tuntang

Pembangunan tiga jembatan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com