MAGELANG, KOMPAS.com - Selain Kota Gethuk, Kota Magelang juga dikenal sebagai Kota Militer.
Pasalnya seperempat wilayah kota ini menjadi basis militer mulai dari Akademi Militer (Akmil), Rindam IV Diponegoro, Secaba TNI, hingga Artileri Medan (Armed).
Darwo Wibowo (43) warga Perum Tidar Indah, Kelurahan Magersari, Kecamatan Magelang Tengah, menangkap peluang tersebut menjadi sebuah usaha menggiurkan.
Darwo memproduksi beragam kerajinan atau aksesoris serba militer.
Ia mengawali usahanya itu sejak 2006.
Baca juga: Terhalang Izin Penggunaan Logo, UKM Tak Bisa Bikin Suvenir Asian Games
Berbagai profesi telah dikerjakan pria asli Brebes, Jawa Tengah itu, mulai dari penjual sandal, tahu hingga buruh serabutan.
Awalnya usahanya hanya dibantu sang istri, Winarni (44).
Namun berkat keuletannya, usaha Bowo berkembang pesat.
Baca juga: Cerita Perempuan di Balik Suvenir Asean Games 2018
Sampai saat ini, ia memiliki 15 karyawan untuk membantu membuat suvenir dan tukang jahit.
Bowo bercerita, dulu pesanan hanya datang dari per orang saja.
Dia juga rajin memasarkan karyanya ke toko-toko perlengkapan militer di sekitar komplek Akmil Kota Magelang.
"Pesanan semakin banyak, saya juga pasok ke toko-toko,instansi militer baik di Magelang maupun luar daerah dan hampir semua batalyon pesan pada kami," ujarnya.
Langganan para jenderal
Puluhan hingga ratusan jenis suvenir atau cinderamata yang diproduksi Bowo, antara lain gantungan kunci, patung, plakat, atribut militer, medali hingga sapu tangan.
Harga yang dibanderol bervariasi, mulai Rp 4.000 per buah sampai ratusan ribu rupiah.
Baca juga: Arab Saudi Ingin Larang Penjualan Suvenir Berbentuk Kabah
Bagi Bowo, yang paling membanggakan adalah pesanan dari petinggi-petinggi TNI di Indonesia.
"Jadi kebanggaan saya karena setiap serah terima jabatan di Akmil atau batalyon mana pun pakai hasil karya saya. Biasanya mereka pakai plakat untuk kenang-kenangan, lalu miniatur pedang, medali dan lainnya," kata Bowo.
Satu lagi kehormatan yang tidak pernah dilupakan adalah pesanan dari pasukan khusus Indonesia untuk misi perdamaian Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).
Baca juga: Nilai Penjualan Suvenir Asian Games Diharapkan Capai Rp 2 Miliar
Cinderamata yang didesain pun unik, berupa miniatur wayang kulit khas Indonesia.
"Cinderamata yang mereka pesan dari saya dibawa pasukan perdamaian PBB ke negara tujuan misi mereka. Desainnya khusus berupa wayang dari fiber dan plakat gunungan wayang. Tentu saya merasa terhormat," tutur ayah anak empat itu.
Omzet meningkat
Saat ini, usaha Bowo berkembang dengan rata-rata omzet Rp 1 juta per hari.
Dari hasil jerih payah ini, dirinya bisa membeli rumah dan menghidupi keluarga serta karyawan-karyawannya.
Meski tidak dipungkiri, lanjut Bowo, banyak kendala yang harus dihadapi selama mengembangkan usahanya.
Baca juga: Demam Asian Games Belum Terasa, DKI Gandeng Pengusaha Wanita Produksi Suvenir
Seperti harga bahan baku fiber yang terus merangkak naik, terlebih harga bahan tersebut mengikuti fluktuasi kurs dollar terhadap rupiah.
Bowo tidak hanya menerima pesanan, tetapi juga kerap diundang ke berbagai pertemuan untuk memberi motivasi usaha atau pelatihan membuat cinderamata.
Dia juga memiliki binaan kelompok usaha kecil untuk masyarakat di Kampung Kiringan, Kota Magelang dan Desa Pucang, Kabupaten Magelang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.