Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ego, Siswa SMP Penganyam yang Tasnya Dibeli David Beckham

Kompas.com - 31/03/2018, 07:53 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

“Beckham cerita waktu kecilnya, dia punya cita-cita tinggi ingin jadi pemain bola. Lalu dibilangin tetangga saat usia 14 tahun bahwa dia tidak bakalan bisa. Lalu dia buktikan bisa jadi pemain bola,” ucapnya.

(Baca juga: Cerita Sripun Ajari Bahasa Jawa hingga Bikin David Beckham Tertawa (2))

Beckham pun menyemangati Ego untuk tidak berhenti belajar dan bekerja keras. Dengan begitu, cita-cita yang dikehendakinya bisa tercapai.

“Saya bercita-cita ingin menjadi pengusaha. Ingin membesarkan usaha nenek. Saya diminta belajar dan meraih impian,” ucapnya.

Duta Kehormatan UNICEF David Beckham tertawa bersama Sripun (15) di dekat rumahnya di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 27 Maret 2018. Sripun diunjuk oleh lingkungannya untuk menjadi agen perubahan dan berpartisipasi dalam program anti-bullying yang diinisiasi UNICEF.dok. UNICEF/Indonesia/Modola Duta Kehormatan UNICEF David Beckham tertawa bersama Sripun (15) di dekat rumahnya di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 27 Maret 2018. Sripun diunjuk oleh lingkungannya untuk menjadi agen perubahan dan berpartisipasi dalam program anti-bullying yang diinisiasi UNICEF.
Selain berswafoto dengan Beckham, Ego juga meminta tanda tangan khusus di karikatur bergambar dirinya. Karikatur sebelumnya dibuatkan oleh guru seni di SMP tersebut.

“Iya minta tanda tangan di foto (karikatur) saya,” ucapnya.

Setelah dari rumah Ego, Beckham kemudian menuju ke PAUD di dekat rumahnya.

Sementara itu, guru yang juga Wakil Kepala SMPN 17 Semarang Kurniawan Sutrisnadi mengatakan, Beckham tertarik mengunjungi rumah Ego karena profilnya yang menarik. Dua siswa, Ego dan Sripun, dipilih langsung oleh UNICEF dan Beckham dari 40 agen perubahan.

“CV Ego dan Sripundati itu menarik karena dari keluarga marginal. Tapi mereka punya semangat belajar tinggi dan masuk 3 besar,” ujar Kurniawan.

Sementara Ego, lanjut dia, setiap hari membantu membikin tas anyaman. Kala libur, Ego bahkan ikut bekerja serabutan untuk memenuhi nafkah keluarga.

“Kalau libur (Ego) jadi tukang batu,” tambahnya.

(Baca juga: Cerita Polisi Anak Pemecah Batu Cium Kaki Ayah, Dulu Tak Dianggap Kini Semua Datang Menyalami)

Ego dan Sripun merupakan salah satu agen perubahan di sekolahnya. Para agen itu sebagian besar adalah mereka yang menjadi korban bullying dan sebagian lainnya pernah menjadi pelaku bullying.

Bullying terjadi di lingkungan di sekolah. Tidak jarang antar siswa saling mengejek, bahkan memanggil seseorang dengan nama orangtuanya, lalu mengejek warna kulit.

“Semua itu masuk bullying dan itu pengaruh besar pada anak. Nah, Ego ini stigmanya paling nakal dan ternyata bisa diubah melalui pendekatan itu,” tandasnya.

 

 

Kompas TV Sri Pundati ditunjuk menjadi agen perubahan dan ikut dalam program anti-bullying yang diinisiasi UNICEF.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com