Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes soal Registrasi Kartu Prabayar, Konter Pulsa di Yogyakarta Bikin “Kuburan Massal”

Kompas.com - 28/03/2018, 19:44 WIB
Wijaya Kusuma,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lapangan Karang, Kota Gede, Yogyakarta, mendadak dipenuhi nisan-nisan yang berjajar. Di setiap nisan yang berjumlah sekitar 500 ini tertulis nama-nama outlet tradisional atau konter pulsa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Tak hanya itu, terdapat pula gerbang masuk dengan tulisan di atasnya. Tulisan tersebut berbunyi "Kuburan Massal Konter Pulsa".

Kuburan ini dibuat dengan bahan styrofoam sebagai simbol yang ditampilkan oleh Kesatuan Niaga Celluler Indonesia (KNCI) DPD DIY.

Kuburan itu melambangkan matinya outlet tradisional atau konter pulsa menyusul belum diberikannya wewenang meregistrasikan lebih dari tiga kartu prabayar.

"Kami membuat makam, ada 500 nisan dengan nama-nama outlet seluler. Ini simbolisasi matinya usaha outlet kartu dan pulsa," ungkap Humas Kesatuan Niaga Celluler Indonesia (KNCI) DPD DIY-Jawa Tengah, Ardhan Aryana, Rabu (28/3/2018).

Baca juga: Ombudsman Minta Pemerintah Serius Tangani Penyalahgunaan Data Pribadi pada Registrasi Prabayar

Ardhan menjelaskan, KNCI menggelar aksi demo karena kesepakatan saat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI dan Dirjen Kominfo pada 7 November 2017 tidak kunjung direalisasikan.

Pada pertemuan itu disepakati tentang diberikannya wewenang outlet tradisional atau konter pulsa meregistrasi lebih dari tiga kartu prabayar dengan NIK konsumen.

"Hasil kesepakatan saat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, ada Dirjen Kominfo, ada ATSI, seakan tidak dijalankan. Sampai saat ini terjadi pemblokiran nomor-nomor konsumen. Ketika akan meregistrasi yang diblokir itu juga tidak bisa karena dianggap melebihi batas aktivasi kartu," ujarnya.

KNCI, lanjut Ardhan, setuju dan turut menyukseskan program Kominfo terkait registrasi kartu prabayar dengan data NIK dan KK. Dalam peraturannya, memang satu NIK dibatasi untuk registrasi tiga kartu.

Hanya saja, outlet tradisional atau konter pulsa sebagai pelaku usaha seharusnya juga diberikan kewenangan sama dengan gerai seluler dan diler, yaitu bisa meregistrasi lebih dari tiga kartu prabayar.

"Yang kami tuntut di sini adalah kewenangan untuk bisa meregistrasikan lebih dari tiga kartu. Ya tentu dengan data valid NIK dan KK konsumen," tandasnya.

Baca juga: Registrasi Kartu SIM Diyakini Tekan Modus Mama Minta Pulsa

Ardhan menjelaskan, dengan tidak diberikannya wewenang meregistrasi lebih dari tiga kartu prabayar, maka outlet tradisional atau konter pulsa di Indonesia terancam gulung tikar.

Sebab, selama ini pendapatan terbesar outlet tradisional dari penjualan kartu perdana, khususnya data internet.

"Pendapatan terbesar outlet ya dari penjualan kartu perdana internet. Kemarin dihitung dengan pembatasan ini pendapatan hilang 70 persen, artinya akan banyak yang gulung tikar karena tidak menutup biaya operasional," bebernya.

Ardhan mengungkapkan, KNCI akan terus menggelar aksi demo sampai tuntutan dipenuhi. Bahkan aksi demo direncanakan digelar serentak di berbagai kota di Indonesia.

"Kami akan menggelar aksi kembali serentak di 25 kota, rencananya pada 2 April, menuntut agar diberikan kewenangan meregistrasi kartu lebih dari tiga," pungkasnya.

Kompas TV Simak dialognya dalam Sapa Indonesia Pagi berikut ini!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com