Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Pencemaran Sungai Citarum, Pengolahan Limbah Pabrik Disarankan Gunakan Bakteri

Kompas.com - 24/03/2018, 10:15 WIB
Agie Permadi,
Dian Maharani

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pencemaran Sungai Citarum bukan hanya terjadi karena sampah, tetapi juga karena limbah pabrik yang dialirkan langsung ke sungai. 

Untuk itu, limbah pabrik seharunya diolah sebelum dibuang agar tidak mencemari lingkungan.

Namun, dana untuk pengolahan limbah sendiri tentu tidak murah. Rata-rata pabrik mengeluarkan jutaan rupiah per harinya. Cost yang tinggi kerap menjadi alasan para pemilik perusahaan untuk membangun pengolahan limbah yang representatif.

Melalui program Citarum Harum, Komandan Sektor 4 Citarum Harum Kolonel Sutomo menyarakan para pengusaha mengolah limbah menggunakan mikroba.

Menurutnya langkah ini dapat menormalisasi Sungai Citarum yang tercemar merkuri dan logam yang dihasilkan dari limbah.

Foto udara permukiman terdampak banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (26/2). Luapan Sungai Citarum yang merendam sedikitnya 9.000 rumah di 8 kecamatan Kabupaten Bandung akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak Jumat (23/2), hingga saat ini belum surut. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/ama/18RAISAN AL FARISI Foto udara permukiman terdampak banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (26/2). Luapan Sungai Citarum yang merendam sedikitnya 9.000 rumah di 8 kecamatan Kabupaten Bandung akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak Jumat (23/2), hingga saat ini belum surut. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/ama/18

"Untuk menormalisasi tentunya harus ada proses, ada Pak Joko yang menggunakan bakteri ramah lingkungan, maka kita uji coba. Hasilnya nanti kami kirimkan ke pihak berwenang seperti lingkungan hidup dan Polda. Silahkan yang berwenang yang akan tentukan," jelasnya di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung,Jumat (23/3/2018).

Baca juga : Pangdam Siliwangi: Lestarikan Sungai Citarum seperti Beranda Rumah Kita

Menurutnya, pengolahan limbah menggunakan bakteri ini adalah alternatif ramah lingkungan yang ditawarkannya.

"Ini alternatif ramah lingkungan, output juga sesuai baku mutu. Ini menawarkan langkah, dipakai atau tidak tergantung yang bersangkutan," ujarnya.

Sementara itu Joko Sri Wisnu Murti, Owner Bio alam lestari merupakan perusahaan pengolahan limbah dengan mengunakan mikrobiologi mengatakan, dengan menggunakan mikrobiologi dapat memangkas biaya pengolahan limbah 40 persen dibanding pengelolaan seperti biasanya yang menggunakan kimia.

Menurutnya, pengolahan limbah yang menggunakan bahan kimia, pengusaha pabrik seperti tekstil dan lainnya dapat mengeluarkan biaya jutaan rupiah untuk mengolah limbah mereka. Biasanya pengeluaran itu tergantung dari banyaknya limbah yang dikeluarkan.

Baca juga : Dukung Citarum Harum, Gabungan Komunitas di Karawang Tanam 1.000 Bambu dan Tebar Ikan

"Pabrik itu mengeluarkan cost perhari perkiraan Rp 34 juta. Dengan mikrobiologi dipangkas 40 persen dari pengeluaran itu," katanya.

Mikrobiologi yang dikeluarkan sendiri merupakan fermentasi dari urine sapi yang diambilnya dari para peternak sapi.

Mikrobiologi ini akan mendegradasi polutan yang dihasilkan limbah, di mana dengan mikrobiologi yang dimilikinya limbah yang dikeluarkan terbebas dari serat yang juga merupakan B3.

"Mikrobiologi mendegradasi polutan tadi. Untuk hasil akhir kami tak menghasilkan serat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com