Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang di Bandung, Rumah Roboh hingga Status Darurat Bencana

Kompas.com - 22/03/2018, 08:14 WIB
Agie Permadi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Bersihkan Lumpur

Pasca banjir bandang, sejak pagi hingga sore, warga RT 2 RW 4 Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati masih sibuk membersihkan rumah mereka dengan alat seadanya.

Mereka bergotong royong membersihkan endapan lumpur di sekitar jalan hingga gang rumah mereka. 

Terpantau di lokasi banjir, sampah berupa dahan pohon hingga serakan sampah plastik berceceran di sekitar jalan hingga gang rumah warga. Warga pun bahu-membahu mengeruk dan mengangkat sampah-sampah tersebut agar akses jalan kembali normal.

Ketua RW 04 Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati, Bandung, Gugun gunawan (47) mengaku, banjir saat ini terbilang sangat parah. Pasalnya endapan lumpur tebal yang terbawa banjir sangat merepotkan warga. 

"Sekarang itu lebih parah dibanding tahun 1982. Sekarang lumpur dan berbagai macam kayu serta serakan sampah sangat banyak," jelas Gugun.

(Baca juga : Mengapa Banjir Bandang di Cicaheum Bandung Bisa Terjadi? )

Meluapnya Sungai Cipamokolan berdampak pada dua RW, yakni RW 03 dan RW 04. Beberapa rumah di sekitar bantaran sungai jebol. Beberapa titik kirmir pun ikut jebol dan rusak. 

"Ada tiga rumah, tembok belakang dan yang di dalam rumah ikut jebol, semua harta terbawa arus sungai," kata Gugun di sela kesibukannya membersihkan lumpur di sekitar rumahnya. 

Tepat di belakang rumah Gugun, ada sebuah kontrakan miliknya. Posisinya berada tepat di pinggiran Sungai Cipamokolan.

Saat Kompas.com diajak melihat kondisi daerah di sekitar sungai itu, Kompas.com harus melewati sebuah gang kecil yang masih terhampar lumpur. Keluar dari mulut gang langsung menghadap Sungai Cipamokolan, tampak sebuah kirmir atau TPT (tembok penahan tanah) rubuh tergerus air. 

Kirmir yang tergerus itu berada tepat di belokan Sungai Cipamokolan yang mulai menyempit.

Menurut warga, sungai tersebut memiliki lebar 8-6 meter, yang semakin menyempit hingga 3 meter. Tak hanya itu, sebuah rumah kontrakan yang dihuni 4 kepala keluarga pun terancam, pasalnya air menggerus kirmir dan menyisakan jalan hanya sekitar 60 cm. 

Sandi pribadi (36) warga yang mengontrak rumah tepat di depan kirmir yang roboh tersebut menuturkan, sore itu dirinya baru saja pulang kerja. Ia dikagetkan dengan volume aliran Sungai Cipamokolan yang semakin naik dan tinggi hingga merendam rumahnya.

"Awalnya alirannya kecil, tapi tiba-tiba drastis langsung naik. Kirmir ini pun rubuh sekitar pukul 17.30 WIB," jelasnya. 

Beruntung, kedua anak Sandi yang masih kecil dibawa tetangganya ke tempat yang lebih aman dari kontrakannya sebelum kejadian. "Anak saya ada di rumah saat itu. Istri sedang keluar. Pas air naik, tetangga langsung bawa anak saya keluar ke tempat aman," kata Sandi.

Akibat banjir tersebut, dua sepeda milik anaknya terbawa arus sungai. Sedang buku sekolah, baju, kasur, lemari, dan beberapa barang di dalam rumah ikut terendam dan basah. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com