Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Serangan Harimau yang Tewaskan Warga, Indonesia Bisa Tiru Cara India

Kompas.com - 21/03/2018, 18:57 WIB
Wijaya Kusuma,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

 


YOGYAKARTA, KOMPAS.comHarimau sumatera bernama Bonita menjadi sorotan seusai menyerang hingga menewaskan dua orang di Indragiri Hilir, Riau.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bahkan sampai membentuk tim untuk memasang jebakan hingga membuka posko penyelamatan guna menangkap harimau yang diperkirakan berusia 4-6 tahun ini.

Pakar konservasi satwa liar dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Ali Imron, mengatakan, Indonesia bisa meniru cara India dalam menghadapi harimau. Di negara tersebut sudah ada panduan atau upaya antisipasi untuk menghadapi harimau.

"Di India, orang yang bekerja di kawasan hutan dilengkapi dengan topeng wajah menghadap ke belakang," ujar Muhammad Ali Imron, Rabu (21/3/2018).

Imron mengungkapkan, selama ini manusia sering menunjukkan reaksi yang keliru saat berhadapan dengan satwa. Salah satu reaksi spontan yang muncul seperti berlari membelakangi harimau. Padahal, reaksi tersebut justru memicu harimau melakukan penyerangan.

"Harimau itu targetnya menerkam tengkuk mangsanya, jadi kalau posisinya membelakangi, pasti akan diserang," bebernya.

Baca juga: BKSDA Riau Tambah Obat Bius untuk Ditembakkan ke Harimau Bonita

Menurut Imron, ketika manusia bertemu dengan harimau, usahakan sebisa mungkin tidak panik, lalu bergerak mundur secara perlahan.

"Jangan panik dan jangan berlari membelakangi harimau," urainya.

Guna mencegah konflik antara manusia dan satwa, perlu ada edukasi terkait penanganan satwa liar bagi masyarakat dan perusahaan yang beroperasi di kawasan hutan.

Hal ini untuk memberikan pemahaman mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika bertemu dengan satwa liar.

"Edukasi mitigasi konflik manusia dengan satwa liar termasuk harimau ini penting sebagai antisipasi mencegah konflik antara manusia dan satwa," tutur Imron.

Penyerangan harimau di Riau, lanjutnya, terjadi selain harimau tersebut bersifat agresif, juga dimungkinkan tengah mencari daerah kekuasaan. Harimau muda sering menyerang salah satunya karena sedang mencari daerah kekuasaan.

Baca juga: Harimau Bonita yang Misterius, Bangun Lagi Setelah Ditembak hingga Peluru Petugas yang Terus Mental 

Penyerangan terhadap manusia bisa terjadi karena kondisi harimau yang sakit atau tua sehingga mengalami penurunan kemampuan dalam mencari mangsa.

Kondisi tersebut menjadikan harimau mencari mangsa yang relatif lebih mudah. Selain hal itu, juga karena rusaknya habitat alami harimau akibat alih fungsi lahan.

"Sangat penting memperbaiki habitat alami harimau untuk mengurangi konflik dengan manusia. Kalau habitatnya bagus dan mangsa buruannya banyak, harimau tidak akan menyerang manusia," ucap Imron.

Sementara dari sisi manusia, posisi saat beraktivitas di hutan seperti menunduk ketika merumput juga memicu aksi penyerangan harimau. Sebab, dengan posisi rendah, manusia sering dianggap sebagai mangsa oleh harimau.

Melihat tingginya risiko konflik antara manusia dan satwa di kawasan hutan, Imron mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk selalu waspada saat beraktivitas di hutan.

Sementara bagi perusahaan yang beroperasi di sekitar hutan, Imron menyebutkan perlunya prosedur keamanan dalam menghadapi satwa liar dan penerapan skema asuransi bagi pekerja yang bekerja di kawasan yang berisiko terhadap serangan satwa liar.

Kompas TV Pada hari ke-76, tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau terus berupaya menangkap harimau sumatera bernama Bonita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com