Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita di Bali Hebohkan Warga, Tiba-tiba Lari Padahal Disebut Sudah Meninggal

Kompas.com - 15/03/2018, 07:40 WIB
Caroline Damanik

Editor

Mengingat kondisi psikologis Sutiasa yang sedang berduka, dia pun dibiarkan membawa istrinya ke rumah duka.

(Baca juga: Kisah Mas Rinto, Tukang Bakso Berdasi yang Terinspirasi James Bond)

Sutiasa tiba di Dusun Pau sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, Ardana dan pihak keluarga yang berduka ikut membantu menggotong tubuh Ni Wayan Norti.

"Saat itu tangannya saya pegang, terasa dingin. Sementara suaminya saat saya tanya detail kronologi kematian istrinya belum bisa bercerita," ucap Ardana.

Keanehan lalu terjadi. Saat akan digotong menuju kediamannya, tiba-tiba tubuh Ni Wayan Norti bergerak. Mengetahui hal itu, pihak keluarga lalu bergegas membawanya ke kamar.

Bahkan, Ardana memanggil dokter dari Puskesmas Banjarangkan II untuk memeriksakan kondisi Wayan Norti.

"Dokter sudah sampai di rumah, tapi Ni Wayan Norti enggan untuk diperiksakan kondisinya. Dokter pun lalu lalu pulang," ungkapnya.

Setelah mengalami peristiwa aneh itu, pihak keluarga lalu menggelar ritual di Pura Pejenengan Sakti. Beberapa kerabat dan Ni Wayan Norti sempat kesurupan di pura tersebut.

Bahkan, situasi heboh ketika Ni Wayan Norti berlari dari pura menuju kediamannya untuk memanggil kedua putrinya.

"Karena mengalami peristiwa seperti itu, rencananya Ni Wayan Norti akan melaksanakan ritual mediksa," ungkap Ardana.

Menurut beberapa warga dan kerabat, Norti menerima pawisik atau suara gaib untuk menjalani kehidupan sebagai seorang dwijati (orang suci) dengan gelar Sri Mpu Basuki Bian Ratu Sakti.

Pihak keluarga pun menyanggupi melaksanakan proses diksa/medwijati terhadap Ni Wayan Norti.

(Baca juga: Viral, Video Pengantin Wanita Pingsan setelah Dipeluk Mantan Pacar)

Sementara itu, Ketua PHDI Klungkung Putu Suarta menyampaikan, pihak PHDI tidak akan membatasi siapa pun, termasuk Ni Wayan Norti, untuk menjadi seorang diksa/medwijati.

Menurut dia, tidak ada batasan usia dari seseorang untuk melakukan prosesi mediksa atau penyucian. Semua tergantung yang pada yang bersangkutan dan nabe (guru).

"Calon diksa harus punya kesiapan mental maupun lainnya dan keluarga mendukung. Kalau usia tua tapi belum bisa mengendalikan diri, kami juga khawatir itu. Ketika seseorang sudah didwijati tidak lagi memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi," ujar I Putu Suarta ketika ditemui di Sekretariat PHDI Klungkung, Rabu (14/3/2018).

Suarta mengatakan, mereka yang menjadi seorang sulinggih atau orang yang sudah disucikan harus memiliki kesadaran dan punya disiplin tinggi menaati hukum agama.

"Jangan nanti ketika seseorang sudah mendiksa, mencari kerja atau terikat oleh pekerjaan di luar urusan keagamaan, itu yang kami khawatirkan. Makanya saat diksa pariksa, kami dari tim diksa pariska kabupaten selalu bertanya soal kesiapan yang bersangkutan, baik jasmani, rohani, material, maupun kesiapan keluarga, anak-anaknya seperti apa,” ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kisah Wanita Bertubuh Kurus Kesurupan di Klungkung, Sudah Disebut Mati tetapi Hidup Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com