Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Lapor ke Polisi, Keluarga TKI Milka Tolak Pemberian Uang 2.000 Ringgit oleh Agen

Kompas.com - 14/03/2018, 09:47 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


KUPANG, KOMPAS.com — Keluarga Milka Boimau, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di Malaysia dengan kondisi tubuh penuh jahitan, menolak uang yang akan diberikan seorang agen asal Malaysia.

Adik kandung Milka, Agustinus Boimau, mengaku ditelepon seorang agen yang mempekerjakan Milka di Malaysia.

Agen yang tidak diketahui jelas identitasnya itu meminta nomor rekeningnya untuk mentransfer sejumlah uang.

"Agen itu telepon saya kemarin sore, mau kasih uang 2.000 ringgit Malaysia. Katanya uang itu dari tangannya sendiri," kata Agustinus kepada Kompas.com, Rabu (14/3/2018) pagi.

"Saya kemudian menolak karena saya sudah buat laporan polisi. Nanti kalau polisi sudah setuju untuk saya terima uang itu, saya akan terima," sambungnya.

Baca juga: Sakit, 2 TKI Asal NTT Meninggal di Malaysia

Menurut Agustinus, sikap dari agen itu membuat pihak keluarga kecewa karena seharusnya sumbangan itu diberi saat jenazah Milka dikirim.

"Kami juga menyesal, mengapa saat jenazah dipulangkan ke Kupang tidak sekalian dikasih. Saat muncul persoalan baru dia kejar kami dengan uang 2.000 ringgit Malaysia. Agennya tidak kami ketahui identitasnya dengan jelas," ujar Agustinus.

Dia pun berharap, dengan melaporkan kasus itu ke polisi, semua persoalan tentang kematian Milka bisa terungkap.

Sementara itu, kakak kandung Milka, Saul Boimau, mengaku, pihak keluarga tidak setuju dengan proses otopsi yang dilakukan pihak rumah sakit Malaysia.

"Kami tidak terima dengan kondisi adik kami. Ini jahitan apa. Kalau mau otopsi atau operasi, harus koordinasi dengan kami sebagai keluarga. Harus ada persetujuan dari kami sebagai keluarga," kata Saul.

Baca juga: Jenazah TKI Milka Penuh Jahitan, Keluarga Lapor Polisi

Menurut Saul, semua keluarga tidak terima dengan kondisi jenazah Milka yang penuh jahitan mulai dari leher hingga perut bagian bawah. Bukan hanya itu, pada bagian telinga berwarna hitam seperti bekas pukulan.

Padahal, lanjut Saul, dari surat yang diterima pihaknya dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Penang, tertulis bahwa penyebab Milka meninggal karena sesak napas akibat infeksi pada paru-paru sehingga menurut dia tidak perlu dilakukan otopsi.

"Kenapa sakitnya hanya sesak napas, tetapi jahit begini banyak, mulai dari leher sebelah hingga perut," ucap Saul.

Sebelumnya diberitakan, dua TKI asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal di Malaysia.

Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kupang Timoteus K Suban mengatakan, dua TKI itu meninggal karena sakit.

Timoteus menjelaskan, dua TKI yang meninggal itu adalah Mateus Seman asal Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai, dan Milka Boimau asal Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang.

"TKI Mateus meninggal di Tawau, Malaysia, 5 Maret 2018, karena sakit jantung. Sementara Milka Boimau meninggal di Penang, 7 Maret 2018, karena infeksi paru-paru," ucap Timoteus kepada Kompas com, Minggu (11/3/2018).

Kompas TV Disnaker Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat ada 62 TKI yang dikirim ke NTT dalam kondisi meninggal pada 2017.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com