Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kakek 75 Tahun Tanam Ratusan Tanaman Obat, Siapa Saja Boleh Ambil

Kompas.com - 14/03/2018, 08:07 WIB
Muhlis Al Alawi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Untuk pupuk, dia tak pernah membeli. Dia memanfaatkan lubang biopori di sekitar tanaman tersebut. Sampah dedaunan yang dimasukkan ke lubang tersebut menjadi humus yang bagus untuk kesuburan tanaman. Tak hanya itu, lubang juga menjadi resapan air yang baik ketika hujan.

Pola tanaman obat seperti itu menghasilkan tanaman toga di antaranya rojo piwolo, jeruk kingkit, kitolot, puring, keci beling, kumis kucing, daun mangkok, empon-empon dan masih banyak sekali jenisnya.

“Memang dari kualitas untuk jenis tanaman obat keluarganya tidak banyak, namun jenisnya ratusan lebih,” tutur Harjanto.

Bagi Harjanto, memiliki ratusan jenis tanaman obat keluarga bukanlah cita-citanya. Sejak 43 tahun lalu, Harjanto sudah gemar menanam tanaman.

Tanaman yang ditanam biasanya didapatkan dari referensi majalah, koran, televisi hingga radio. Setelah mendapatkan referensi tanaman yang ingin ditanam, dia terlebih dahulu menghubungi dan meminta dari teman-temannya.

"Kalau tidak ada baru saya beli sendiri," ungkap Harjanto.

Kecintaannya pada tanaman obat juga diikuti dengan mengkliping beberapa sumber bacaan tentang jenis dan manfaat tanaman toga baik dari koran, majalah maupun dari internet. Hal itu dilakukan agar saat ia lupa dan ada ingin bertanya maka akan memudahkannya untuk membagikan pengetahuan tersebut.

Meski tak memiliki nilai komersial, Harjanto merasa senang usaha kerasnya menanam tanaman obat bisa bermanfaat bagi orang lain. Dia pun tak pelit berbagi ilmu bagi orang yang mau belajar dan datang ke rumahnya.

Sewaktu menjabat sebagai Ketua RW di lingkungannya, dia tak bosan mengajak semua warga untuk mau menanam pepohonan di pekarangnya agar lebih asri dan sehat.

"Perasaan saya senang bisa berbagi dengan banyak orang lain. Dengan demikian, ilmu yang saya dapatkan bisa berguna bagi orang lain," ungkap Harjanto.

Hasil ajakan kepada warga menjadikan hampir di setiap lingkungannya hijau oleh pepohonan yang rindang. Bahkan pada tahun 2016, lingkungannya mewakili Kelurahan Serengan menjadi juara satu lomba tanaman obat keluarga di tingkat provinsi.

Setelah meraih predikit juara itu, banyak warga berdatangan baik dari sekitar Serengan hingga luar kota yang berkunjung ke rumahnya.

Selain itu, banyak yang meminta diajari bagaimana menanam toga yang baik sekaligus bisa digunakan sebagai obat.

Dia berharap hal kecil yang dilakukannya bisa ditiru oleh warga masyarakat lainnya. Merawat pohon untuk diambil manfaatnya sebagai obat sebagai sayur atau untuk penghijaun.

Kepada warga yang datang, suami Sukartini selalu berpesan penghijauan tanaman di rumah itu bagian terapi mata. Selain itu, kehadiran tanaman toga di rumah dapat membantu peresapan air dan penyediaan air dalam tanah.

"Kalau seluruh wilayah membuat seperti ini saya yakin polusi udara terkurangi karena kehadiran tanaman dapat menyerap polutan," ungkap Harjanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com