Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Panen gara-gara Keong, Warga di Bekasi "Curhat" ke Dedi Mulyadi

Kompas.com - 13/03/2018, 19:57 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dicurhati para buruh tani yang garapan sawahnya diserang hama keong di Kampung Blokang, Desa Sukamanah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, Selasa (13/3/2018) siang.

Para petani mengaku selama gagal panen, mereka tak pernah mendapatkan penghasilan sehari-hari untuk menghidupi keluarganya.

"Saya di sini sedang gagal panen pak, garapan sawah sedang diserang hama keong. Tanaman jadi tak bisa tumbuh karena dimakan keong," jelas Nesih (65), salah seorang warga setempat di hadapan mantan bupati Purwakarta tersebut.

Selama ini, para buruh tani di wilayahnya mendapatkan upah Rp 900.000 setiap satu hektar sawah. Satu hektar sawah itu biasa digarap oleh sepuluh sampai lima belas orang.

"Ya, paling kita dapat sekitar 200.000 tiap seminggu kalau sudah beresin satu hektar sawah," kata Nesih.

Keluhan itu pun dicarikan solusinya oleh Dedi, menurutnya nantinya Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus menyediakan kebutuhan beras untuk petani sebelum masa panen tiba.

Baca juga : Ajak Warga Robohkan Rumah Reyot Berisi 12 Orang, Dedi Mulyadi Singgung Meikarta

Tidak berhenti sampai di situ, beras hasil panen pun harus menjadi bagian pekerjaan pemprov untuk membelinya. Sehingga, para petani dan buruh tani tidak lagi tercekik dengan sistem ijon tersebut.

"Kalau petani seperti Mak Nesih ini kapan untungnya coba? Sehari-hari pergi ke sawah tapi buat makan saja berutang. Saat panen tiba, padinya dipakai bayar utang. Pemprov Jawa Barat harus hadir baik mengurusi mereka," ujarnya.

Kondisi tanaman padi milik Nesih yang kini terserang hama keong mas semakin memperparah keadaan ekonominya.

Gerakan ambil keong mas di sawah menjadi solusi yang muncul dari Dedi Mulyadi. Setelah terkumpul, keong tersebut kemudian dibeli dari masyarakat petani.

"Ya, sudah, ini bisa dikoordinir sama kepala dusun dan teman-teman. Kita bangun gerakan membersihkan keong di sawah. Nanti, kita beli dengan harga Rp 5.000 per kilogram dari warga," kata Dedi.

Proses mengambil keong secara manual, menurut Dedi, bertujuan untuk meminmalisasi penggunaan obat kimia. Sebagaimana diketahui, semakin sering digunakan, obat kimia akan kian menurunkan kualitas unsur hara dalam tanah.

"Jadi, gak usah sumprat semprot lagi, tinggal ambil saja," ujarnya.

Baca juga : Dedi Mulyadi: Jangan Sampai Gubernur dan Bupati Berebut Program

Sebelum menggelar gerakan ambil keong mas di sawah, Dedi Mulyadi berkonsultasi kepada Panwaslu setempat. Pasalnya, kapasitas Dedi kini sebagai calon wakil gubernur yang harus taat aturan.

"Kalau nanti ada pembelian keong mas Rp 5.000 per kilogram untuk atasi hama keong boleh dan kata Panwaslu tidak apa-apa," katanya.

Kompas TV Visi Duo DM adalah mewujudkan Jawa Barat yang adil, sejahtera, dan berkarakter. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com