Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat Publik Pilkada Jabar, Komunitas Ini Promosikan Budaya Sunda

Kompas.com - 12/03/2018, 22:52 WIB
Agie Permadi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Di sela Debat Publik Pilkada Jabar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Senin (12/3/2018), musik pencak silat menjadi salah satu hiburan bagi para pendukung pasangan calon yang tidak dapat masuk ke dalam aula Sabuga.

Di antara banyak orang yang hadir, terlihat sekumpulan pria dengan gaya nyentrik. Pria yang mengenakan pakaian khas Jawa Barat (pangsi) itu menjadi pusat perhatian. 

Namun, bukan pangsi yang membuat mereka menjadi pusat perhatian, melainkan aksesories yang mereka bawa. Setiap orang memakai caping dengan ukiran singa dan batu akik, ukiran miniatur alat tradisional, hingga tokoh pewayangan seperti semar yang dikalungkan.

Bahkan ada yang membawa keris berukuran besar. Beratnya lebih dari 2 kg. Keris tersebut disebutnya sebagai keris pusaka.

(Baca juga : Sesepuh Pencak Silat Tiba-tiba Jadi Pusat Perhatian di Sela Debat Pilkada Jabar)

Adalah Abah Naga, salah satu anggota Komunitas Jaga Budaya. Ia mengatakan, kedatangannya ke lokasi debat untuk meramaikan debat antar paslon Pilkada Jabar.

Baginya, debat antar paslon ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui visi misi setiap paslon. Meski begitu, kedatangannya ke lokasi debat bukan untuk mendukung salah satu paslon.

"Kedatangan kami hanya ingin meramaikan suasana saja," ujarnya di Sabuga.

Begitupun dengan Abah Ismoyo. Dengan membawa berbagai macam aksesoris budaya, ia ingin memperkenalkan budaya Sunda.

Adapun sejumlah aksesoris yang dibawanya ini mengandung makna dan simbol tertentu. Seperti uluku untuk menanam, etem, arit, dan garu yang menandakan kesabaran seseorang.

"Nah kalau katapel ini berlambang seorang pejabat. Ketika dilontarkan atas pejabat itu akan naik tapi suatu saat akan kembali turun menjadi warga biasa kembali," kata Ismoyo.

(Baca juga : Sesepuh Pencak Silat Tiba-tiba Jadi Pusat Perhatian di Sela Debat Pilkada Jabar )

Begitu pun dengan berbagai macam kujang yang di kalungkannya. "Kujang itu diartikan kedah diteraskeun ku ujang (harus diteruskan sama pemuda)," katanya seraya menambahkan Kujang ini ada berbagai fungsi baik untuk upacara, senjata, hingga perang.

Meski begitu, pihaknya berharap, gubernur yang menjadi pilihan diharapkan menjadi pengayom masyarakat Jabar. "Siapapun gubernur yang terpilih nanti dapat menjadi pengayom yang adil dan makmur, seperti apa yang dibutuhkan warganya," harapnya.

Tak hanya itu, pihaknya pun berharap gubernur terpilih dapat menjaga dan memelihara budaya Jawa Barat. "Jangan sampai budaya kita luntur ataupun diklaim negara lain," imbuhnya.

Berdasarkan pantauan, musik pencak mengiringi para paslon keluar dari arena debat. Polisi membuka jalan bagi para paslon untuk melewati kerumunan. Sementara itu para paslon berteriak memanggil nama paslon yang didukungnya. 

Kompas TV KPU Jawa Barat resmi mengandeng KompasTV untuk bekerjasama dalam penyelenggaraan debat Cagub dan Cawagub Jabar 2018.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com