Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudrajat Janji Tingkatkan Kesejahteraan Petani Jabar dengan Industri Tani

Kompas.com - 09/03/2018, 13:24 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS - Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut 3, Mayjen TNI (Purn) Sudrajat akan berupaya mendorong sistem pertanian di Jawa Barat diarahkan kepada industri pertanian agar kesejahteraan petani dapat meningkat.

Menurut dia, kondisi petani Jawa Barat saat ini mayoritas belum hidup sejahtera. Bahkan, kata dia, sebagian hidup dalam kondisi memprihatinkan.

"Pertanian kita ke depan harus menerapkan industri pertanian. Artinya petani itu tidak boleh menjual barang mentah. Tapi yang dijual adalah barang yang sudah jadi sehingga petani memiliki nilai tambah," tutur Sudrajat saat melakukan dialog dengan para petani di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (9/3/2018).

Sudrajat menambahkan, kondisi petani di Jawa Barat berbeda dengan petani di luar negeri yang mayoritas hidup sejahtera, bahkan kaya raya. Menurut dia, salah satu yang menjadi penyebab perbedaan signifikan tersebut adalah sistem pertaniannya.

Calon gubernur yang diusung Partai Gerindra, PKS, PAN dan PBB itu mencontohkan, para petani sayuran diharapkan jangan lagi menjual hasil pertanian mereka kepada para tengkulak. Namun, petani langsung menjual kepada para pedagang, pasar atau supermarket setelah sebelumnya sayuran hasil panen mereka dikemas.

"Dengan dikemas, petani jadi punya nilai tambah. Rantai distribusi juga dapat dipangkas. Selama ini kan rantainya terlalu panjang. Kalau seperti itu, petani kita bisa sejahtera," jelasnya.

Baca juga : Sudrajat: Saya Juga Mengikuti MCA, tetapi...

Selama ini, lanjut Sudrajat, pihak yang paling menikmati manisnya keuntungan dari sektor pertanian adalah para tengkulak dan pengepul. Pasalnya, mereka membeli dengan sangat murah dari petani dan kemudian menjual hasil pertanian itu dengan harga tinggi kepada para pedagang.

Namun untuk mengarahkan para petani kepada industri pertanian diperlukan upaya pendampingan dan pembinaan serius dari pemerintah. Sebab, para petani mayoritas masih melakukan pola pertanian tradisional yakni dengan cara menanam, memanen lalu menjualnya kepada tengkulak.

"Ke depan pemerintah harus melahirkan kebijakan yang sejalan. Dari Kementerian sampai kabupaten kota itu kebijakannya harus sama. Petani juga harus dikenalkan dengan teknologi supaya produktivitasnya juga meningkat," tuturnya.

Sudrajat juga memetakan beberapa permasalahan yang dialami petani di Jawa Barat seperti susah memperoleh bibit, mahalnya harga pupuk, mahalnya biaya produksi, persoalan cuaca, hingga susah menjual hasil produksi pertanian.

“Ini merupakan sekelumit kendala yang selalu dihadapi para petani. Kendala-kendala itu harus diatasi pemerintah,” tuturnya.

Baca juga : Sudrajat: Nomor 3 Sebuah Anugerah untuk Mencapai Kemenangan

Selain itu, menurut Sudrajat, ke depan pemerintah juga harus mengatur zonasi pertanian. Petani tidak boleh lagi menanam komoditi pertanian yang sama. Pasalnya, ketika panen biasanya harganya anjlok karena stok komoditi pertanian tertentu akan menumpuk.

"Hal itu bisa menyebabkan petani rugi. Padahal berapa modal yang sudah dikeluarkan petani. Kita bisa contoh di Mesir. Semua diatur pemerintah. Di sini tanam apa, di sana tanam apa. Jangan asal ikut-ikutan. Jadi petani sejahtera," pungkasnya.

Kompas TV Sudrajat-Syaikhu maju dengan dukungan 3 partai politik, yaitu, Gerindra, PKS dan PAN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com