Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Polisi Anak Pemecah Batu Cium Kaki Ayah, Dulu Tak Dianggap Kini Semua Datang Menyalami

Kompas.com - 09/03/2018, 07:56 WIB
Hendra Cipto,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com — Bripda Asrul (20) masih ingat betul saat-saat dia bermimpi menjadi seorang polisi, perjuangan untuk meraihnya, serta segala emosi yang menyertainya.

Berbekal doa dari orangtuanya, Asrul termotivasi dan bersemangat untuk mendaftar ke Sekolah Calon Bintara (Secaba) Polri di SPN Batua, Sulawesi Selatan. Asrul membongkar tabungannya yang selama ini menjadi kuli bangunan.

Tabungannya itu digunakan Asrul membiayai segala kebutuhan pendaftaran seperti biaya fotokopi, biaya foto, biaya berkas-berkas, serta biaya makan dan minum saat mengantre mendaftar hingga mengikuti tahapan seleksi dan biaya transportasi.

Asrul tak bisa berharap banyak kepada orangtua karena ayahnya hanyalah seorang pemecah batu. Dia juga tak peduli dengan isu uang di balik pendaftaran calon polisi.

(Baca juga: Baca juga: Kisah Mas Rinto, Tukang Bakso Berdasi yang Terinspirasi James Bond)

Diiringi doa orangtuanya, Asrul berangkat dari rumahnya di kawasan BTN Bataraugi, Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mendaftar.

Dari awal hingga akhir prosesnya, Asrul selalu dibonceng motor oleh sahabatnya, Muhammad Awalul, yang juga mendaftar Secaba Polri 2017. Asrul dan Awalul bersahabat sejak SMP. Keduanya tidak terpisah, pun ketika mendaftar TNI dan Polri.

Berjuang meski pernah gagal

Bripda Asrul (kiri), polisi muda yang mencium kaki ayahnya, Syamsuar (45), setelah resmi dilantik menjadi polisi di Sekolah Polisi Negara Batua, Sulawesi Selatan. KOMPAS.com/Hendra Cipto Bripda Asrul (kiri), polisi muda yang mencium kaki ayahnya, Syamsuar (45), setelah resmi dilantik menjadi polisi di Sekolah Polisi Negara Batua, Sulawesi Selatan.
Ini bukan kali pertama mereka mendaftar menjadi calon polisi. Sebelumnya, dua bersahabat ini pernah mendaftar dan gagal, dua kali tidak lulus saat mengikuti seleksi sebagai anggota TNI dan sekali saat mengikuti seleksi Secaba Polri.

Namun, kegigihan mereka berbuah. Saat mendaftar kedua kalinya di Secaba Polri tahun 2017, kedua sahabat ini pun akhirnya lulus bersama dan telah dilantik sebagai anggota Polri, Selasa (6/3/2018).

Asrul sangat ingat saat memutuskan kembali mendaftar Secaba Polri. Saat itu, dia baru saja gagal dalam seleksi anggota TNI. Dia pun lewat di depan SPN Batua dan melihat spanduk Tribrata yang terpasang sedang membuka pendaftaran.

Semangatnya pun kembali.

"Jadi polisi, cita-cita saya sejak kecil. Kedua orangtua saya tidak punya uang, tetapi saya terus berusaha. Saya tidak perdulikan dengan isu mendaftar polisi pakai uang banyak. Hanya dengan doa dari kedua orangtuaku. Alhamdulillah saya bisa lulus," kata Asrul.  

(Baca juga: Anak Pemecah Batu Menangis Cium Kaki Ayah setelah Resmi Dilantik Jadi Polisi)

Karena sudah memiliki cita-cita ini sejak kecil, Asrul giat berlatih dan belajar. Sejak masih duduk di bangku SMP, Asrul setiap harinya terus latihan lari dan berenang.

"Saya terus bertekad dan berusaha agar bisa lulus polisi untuk menaikkan derajat keluargaku. Dulunya kami tidak dianggap oleh warga karena saya hanya kuli bangunan dan bapakku hanya tukang batu. Tapi setelah lulus polisi, warga semua menyalami dan banyak datang ke rumah," tuturnya.

Setelah lulus dan dilantik, Asrul yakin kehidupan keluarganya akan lebih baik. Matanya berkaca-kaca ketika ingat dulu mereka kerap makan nasi yang berkutu karena orangtuanya tidak memiliki uang membeli beras yang bagus.

"Sering dulu makan nasi berkutu. Kata Ibu, 'sabar ya Nak, makan apa adanya'," kata Hasrul lalu meneteskan air mata.

Bersambung ke halaman dua: Doa orangtua

 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com