Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dedi Mulyadi Tantang Petani Adu Cepat Menyabit Padi di Sawah

Kompas.com - 06/03/2018, 14:52 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tiba-tiba menantang para buruh tani untuk menyabit panen padi di areal sawah Desa Karangmekar, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Selasa (6/3/2018).

Agenda tak sesuai jadwal kunjungan itu membuat kaget para buruh tani yang berada di hamparan pematang sawah saat memanen padi.

Dedi pun langsung memanggil buruh tani dan meminjam celurit khusus memotong padi.

Dengan telaten dan layaknya petani, Dedi menunjukkan kelihaiannya menyabit padi yang dipelajarinya sejak kecil, dan dia pun masih bertani sampai sekarang.

"Ya, benar bisa ya, si Bapa (Dedi Mulyadi) ini. Saya baru tahu ada pejabat bisa motong padi kayak kita di sawah. Cepet terus rapi lagi," kata Bejo (56), salah seorang buruh tani yang melongo dan terheran-heran melihat mantan bupati Purwakarta itu pandai menyabit padi.

Para buruh tani lainnya yang ikut menyabit padi di samping Dedi langsung berhenti dan malah melihat aksi kandidat nomor empat di Pilkada Jabar itu yang bisa menyabit padi dengan cepat dan rapi. Sontak, semua buruh tani dan warga di pinggir jalan langsung heboh melihat aksi adu kecepatan menyabit padi dengan para petani. Terlebih lagi kebiasaan Dedi tak memakai alas kaki turun ke sawah membuat warga sekitar semakin penasaran.

"Woi, para petani kalah sama Pak Dedi, ha ha. Beneran ini mah bisa nyabit padi, bukan nyabit padi yang pura-pura bisa. Asli ini Pak Dedi pakai celuritnya lincah dan benar," teriak Dadan (71), petani lainnya yang terlihat sudah renta tetapi masih kuat menyabit padi.

Baca juga : Dedi Mulyadi Pantau Mediasi Kasus Anak Gugat Ibu Kandung di PN Bandung

Seusai adu sabit padi di sawah, Dedi mendengarkan keluh kesah seorang buruh tani yang terus-terusan miskin dan susah mengubah nasib. Ia pun merasa prihatin dengan kondisi petani selama ini yang selalu mengurus padi di sawah tetapi tak memiliki beras.

"Bayangkan selama ini kondisi buruh tani selalu pegang beras tapi susah dapat beras. Ini aneh kan. Ada pola sistem yang berubah, yaitu buruh tani mendapatkan upah bukan oleh padi lagi, tapi dengan uang. Kalau uang mudah dibelanjakan dan akan kesulitan dapat beras," kata Dedi.

Dedi pun berkelakar bahwa dirinya turun ke sawah bukan pencitraan. Ia mengaku selama ini memang masih bertani dan beternak meski sudah menjabat sebagai bupati.

Mengetahui rendahnya upah petani saat ini membuat Dedi semakin ingin mencarikan solusi untuk kesejahteraan petani.

"Ini bukan pencitraan, ini saya petani, tanya saja ke mereka sabit rumput saya benar atau salah. Selama ini buruh tani sangat memprihatinkan dan sangat rendah upahnya," ungkapnya.

Solusi buruh tani

Pendapatan buruh tani selama ini berdasarkan hasil panen padi di sawah majikannya. Jika seperti sekarang tanaman padinya terkena hama dan gagal panen, maka penghasilannya pun tidak ada untuk menghidupi keluarganya.

Solusi atas kondisi seperti ini beberapa kali disampaikannya, yaitu asuransi untuk buruh tani, asuransi kecelakaan kerja, dan asuransi tanaman padinya.

"Kalau dipatok ular atau kecelakaan di sawah siapa yang mau ngobatinya kalau tidak ada asuransi. Kalau tidak diasuransikan padinya, dari mana penghasilannya kalau gagal panen. Bisa jatuh miskin kedua kalinya," ungkap dia.

Baca juga : Dedi Mulyadi Ingin Rumah Sakit di Jabar Lebih Banyak dari DKI Jakarta

Selain itu, para petani pun nantinya akan disiapkan dokter di desanya, sekolah dekat perkampungannya, dan petugas hansip atau RT-RW dinaikkan gajinya.

"Itu semua cukup anggarannya, cukup dari provinsi, kalau kurang dibantu dari APBD kabupaten masing-masing. Kalau sudah terpenuhi itu, petani tinggal senang dan nyaman," pungkasnya.

Kompas TV Ia disambut ratusan warga yang mengajak bersalaman dan berfoto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com