Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Singgih, Perajin Stik Bambu di Madiun yang Dikenal hingga Luar Negeri

Kompas.com - 05/03/2018, 15:44 WIB
Muhlis Al Alawi,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi


MADIUN, KOMPAS.com — Singgih Hermawan (35), warga Jalan Mangga XI, Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, tak menyangka bahwa kecelakaan motor yang menimpanya pada April 2016 telah banyak mengubah hidupnya.

Bukan menjadi pasrah dan pemalas. Pasca-kecelakaan yang membuat pergelangan tangan kirinya patah dan harus dipasangi dua pen, Singgih harus berhenti bekerja dari suatu toko mebel di Kota Madiun.

Tak menyerah dengan impitan masalah yang menderanya, Singgih bangkit dengan merintis usaha kerajinan bambu yang dinamainya Stik Bambu Unik Madiun.

"Saat itu saya merasa bosan berada di rumah tanpa melakukan kegiatan apa pun pasca-kecelakaan sepeda motor. Lalu saya mencoba berbuat sesuatu. Saat itu saya menemukan batang kayu tak terpakai di rumah, lalu saya coba ukir untuk menjadi kerajinan ukiran," ungkap Singgih saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/3/2018).

Baca juga: Yunita, Mengubah Popok Bekas Menjadi Kerajinan Bernilai Ekonomis

Singgih menuturkan, kerajinan ukir dari batang kayu itu awalnya untuk melemaskan tangan saja supaya tidak kaku. Namun, ternyata untuk mengukir batang kayu sangat keras dan susah.

Tak berhasil pada ukiran kayu, Singgih lalu mencoba memanfaatkan koran bekas. Ia mencoba menjadikan koran bekas menjadi hiasan dan kerajinan. Namun, ternyata proses kerajinan berbahan koran bekas terlalu mahal dalam biaya produksi.

"Kalau pakai koran bekas repot, harus dilinting dulu lalu dilem. Tak hanya itu, untuk menempelnya harus pakai lem tembak yang harganya mahal," jelas Singgih.

Miniatur sepeda ontel merupakan salah satu karya Singgih dengan menggunakan bahan stik bambu. Miniatur sepeda ontel merupakan salah satu karya Singgih dengan menggunakan bahan stik bambu.

Tertarik pada stik bambu

Upaya kedua gagal, Singgih lalu disarankan pamannya untuk mencoba membuat kerajinan berbahan dasar stik bambu atau lidi bambu. Biasanya, stik bambu digunakan untuk membuat kandang atau sangkar burung.

Setelah dicoba, akhirnya Singgih lebih tertarik menggunakan stik bambu sebagai bahan kerajinannya. Selain harga bahannya yang murah, stik bambu yang berbahan bambu apus mudah dicari, lebih lentur, dan kuat.

"Harganya murah, satu bonggol isi 1.000 batang, cuma Rp 75.000," katanya.

Setahun bergelut dengan stik bambu, pria yang masih bujang ini telah berhasil membuat beragam bentuk dan jenis kerajinan dari stik bambu. Dengan bahan stik bambu, ia berhasil membuat lampu hias, pigura, gantungan kunci, miniatur rumah, miniatur vespa, miniatur kereta, miniatur biola, dan beragam bentuk unik lainnya.

Baca juga: Mengembangkan Wisata Hidroponik dan Kerajinan Limbah Kayu

Untuk membuat kerajinan dari stik bambu, Singgih bekerja sendirian. Satu produk kerajinan yang dibuat dari bahan stik bambu membutuhkan waktu dua hingga tiga minggu.

"Semua bentuk produk kerajinan stik bambu saya buat secara manual. Hanya menggunakan peralatan sederhana, seperti pisau, cutter, kawat, tang, dan lem kayu," jelas Singgih.

Lantaran bekerja sendiri, Singgih mengaku belum bisa memproduksi secara massal. Tak hanya itu, peralatan yang belum memadai juga menjadikan Singgih tak bisa berkarya dalam jumlah yang banyak.

Untuk memasarkan karya uniknya itu, Singgih menawarkan produknya melalui akun Facebook dan Instagram miliknya. Biasanya para pembeli kerajinan buatannya berasal dari pencinta kerajinan unik.

Singgih melayani pembeli yang memesan produk kerajinan berbahan stik bambu.KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi Singgih melayani pembeli yang memesan produk kerajinan berbahan stik bambu.

Keunikan kerajinan stik bambu, lanjut Singgih, menjadikan seorang warga Jerman memesan miniatur rumah. Namun, karya miniatur rumah itu batal dikirim karena masalah packing pengiriman.

"Saya pernah mendapatkan pesanan miniatur rumah dari orang Jerman. Tetapi karena packing-nya susah, akhirnya enggak jadi," tuturnya.

Untuk harga satu produk kerajinan stik bambunya, Singgih menjual mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 300.000. Harga tergantung dengan tingkat kerumitan serta banyaknya bahan yang dibutuhkan.

"Kalau ukurannya besar dan tingkat kerumitannya tinggi, tentu harganya akan berbeda dibandingkan produk yang ukurannya kecil," ucap Singgih.

Baca juga: Dedi Mulyadi Ingin Kerajinan Perkakas Tradisional Masuk Kurikulum Sekolah

Menurut Singgih, ukuran dan bentuk selalu ditanyakan kepada pemesan produknya terlebih dahulu. Setelah sepakat mengenai ukuran dan bentuk gambar, Singgih lalu membuat sketsa hingga dilanjutkan merangkai satu per satu stik bambu menjadi kerajinan.

Untuk pengembangan usahanya, Singgih berharap mendapat bantuan modal dari Pemerintah Kota Madiun. Bukan hanya sekadar modal untuk membeli peralatan, melainkan juga pendampingan dan dibantu dalam hal pemasaran.

"Selama ini saya masih terkendala modal dan pemasaran, apalagi di sini belum ada wadah UKM pemula," jelas Singgih.

Bagi Singgih, pemerintah semestinya lebih banyak mendampingi UKM pemula agar bisa mengembangkan usahanya. Tanpa pendampingan modal dan pemasaran, UKM pemula tak akan bisa berkembang mengikuti pasar. 

Kompas TV Harga yang di jual mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 100.000 ribu per satuannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com