Untuk memasarkan karya uniknya itu, Singgih menawarkan produknya melalui akun Facebook dan Instagram miliknya. Biasanya para pembeli kerajinan buatannya berasal dari pencinta kerajinan unik.
Keunikan kerajinan stik bambu, lanjut Singgih, menjadikan seorang warga Jerman memesan miniatur rumah. Namun, karya miniatur rumah itu batal dikirim karena masalah packing pengiriman.
"Saya pernah mendapatkan pesanan miniatur rumah dari orang Jerman. Tetapi karena packing-nya susah, akhirnya enggak jadi," tuturnya.
Untuk harga satu produk kerajinan stik bambunya, Singgih menjual mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 300.000. Harga tergantung dengan tingkat kerumitan serta banyaknya bahan yang dibutuhkan.
"Kalau ukurannya besar dan tingkat kerumitannya tinggi, tentu harganya akan berbeda dibandingkan produk yang ukurannya kecil," ucap Singgih.
Baca juga: Dedi Mulyadi Ingin Kerajinan Perkakas Tradisional Masuk Kurikulum Sekolah
Menurut Singgih, ukuran dan bentuk selalu ditanyakan kepada pemesan produknya terlebih dahulu. Setelah sepakat mengenai ukuran dan bentuk gambar, Singgih lalu membuat sketsa hingga dilanjutkan merangkai satu per satu stik bambu menjadi kerajinan.
Untuk pengembangan usahanya, Singgih berharap mendapat bantuan modal dari Pemerintah Kota Madiun. Bukan hanya sekadar modal untuk membeli peralatan, melainkan juga pendampingan dan dibantu dalam hal pemasaran.
"Selama ini saya masih terkendala modal dan pemasaran, apalagi di sini belum ada wadah UKM pemula," jelas Singgih.
Bagi Singgih, pemerintah semestinya lebih banyak mendampingi UKM pemula agar bisa mengembangkan usahanya. Tanpa pendampingan modal dan pemasaran, UKM pemula tak akan bisa berkembang mengikuti pasar.