Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayang Kulit Madura, Hidup Segan Mati Tak Mau (2)

Kompas.com - 04/03/2018, 14:15 WIB
Taufiqurrahman,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.comSeingat Kosala, pementasan wayang Madura terakhir kali pada tahun 2010 silam di saat pagelaran budaya bertajuk Semalam di Madura.

Saat itu, grup wayang satu-satunya di Madura itu banyak ditonton masyarakat Madura. Bahkan wisatawan mancanegara juga ikut menonton. Banyak orang heran karena ada pentas wayang berbahasa Madura.

"Ternyata di Madura ada wayang juga. Ini pertama saya melihatnya," tutur Kosala menirukan ucapan salah satu penonton waktu itu.

Namun semenjak itu, tak pernah ada lagi pementasan wayang di Madura.

(Baca selengkapnya: Wayang Kulit Madura, Hidup Segan Mati Tak Mau (1))


Pendapa pemujaan Dewi Kwan Im di Vihara Avalokitesva di Dusun Candi Utara, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, hampir tiap malam dipenuhi penduduk untuk menonton pementasan wayang kulit.

Mereka berasal dari beberapa desa yang berdekatan dengan lokasi vihara. Pementasan wayang kulit menjadi salah satu hiburan rakyat, selain kesenian ludruk dan saronen di Madura.

Warga yang menonton tidak hanya orang tua. Anak-anak juga biasanya ikut bersama dengan orangtuanya. Tontonan berlangsung hingga larut malam untuk menuntaskan satu episode cerita wayang.

Namun keramaian ini sekitar 30 tahun lalu. Kini tak ada lagi pemandangan serupa di vihara.

Setiap malam, vihara sepi tak ada kegiatan. Hanya suara bel kecil terbuat dari kuningan karena ditiup angin. Suara gonggongan anjing bersahutan yang dipelihara untuk menjaga keamanan vihara.

(Baca juga: Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Penumpang Kerap Batalkan Pesanan Setelah Bertemu (1))

Sekitar 30 tahun silam, belum ada televisi di kampung-kampung. Pentas wayang kulit sebagai hiburan rakyat semua kawula.

Penjaga Vihara Avalokitesvara Kosala Mahinda menuturkan, pentas wayang kulit sekarang hanya dilakukan tiga bulan sekali. Yang menontonpun sangat sedikit. Bahkan hanya golongan tua. Yang muda-muda sudah tidak peduli dengan kebudayaan warisan leluhurnya.

“Paling hanya puluhan yang menonton. Itu pun semua yang sudah tua-tua,” ujar Kosala Mahinda saat ditemui, Jumat (2/3/2018).

Ciri khas wayang Madura

Menurut Kosala, kesenian wayang kulit Madura hanya disenangi dan dikagumi orang luar Madura. Bahkan turis mancanegara berdecak kagum. Sebab, wayang Madura memiliki ciri khas dan karakter sendiri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com