Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Balita Lumpuh seusai Diberi Vaksin Difteri, Dokter Sebut karena Virus GBS

Kompas.com - 01/03/2018, 17:29 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Muhamad Hasby (2,6) diduga mengalami lumpuh layu setelah divaksin difteri pada 15 Februari 2018 lalu. Setelah diperiksa lebih lanjut, dokter menduga Hasby terjangkit virus DBS.

Hasby, anak kelima dari pasangan Edi dan Masni, warga Dusun Cibenda, RT 011 RW 003, Desa Makmurjaya, Kecamatan Jayakerta, itu sebelum divaksin masih sehat.

"Sebelumnya sehat walafiat," kata Edi.

Selang sehari setelah divaksin di Posyandu Durian VI, Desa Makmurjaya, Hasby mengalami panas. Selama tiga hari, Hasby juga mengalami demam dan lemas. "Ia tidak bisa berjalan seperti biasanya," kata Edi.

Hasby kemudian dibawa ke Rumah Sakit (RS) Proklamasi. Pihak rumah sakit kemudian menganjurkan Hasby dirujuk ke RSUD Karawang atau RSHS Bandung. Namun pihak keluarga membawa pulang Hasby karena keterbatasan biaya.

"Mungkin karena pertimbangan biaya," kata Camat Jayakerta, Budiman, ditemui di RSUD Karawang, Kamis (1/3/2018).

Baca juga : Ada Enam Kasus Difteri, Dinkes Banda Aceh Berikan Vaksin kepada Siswa

Awalnya, kata Budiman, pihaknya membujuk orangtua Hasby agar balita tersebut dirujuk ke RSUD Karawang. Meskipun awalnya menolak, akhirnya orangtua Hasby bersedia.

Dokter Spesialis Anak RSUD Karawang, Didi Sukandi mengatakan, setelah diperiksa, lumpuh layu yang diderita Hasby tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Pihaknya menduga kuat Hasby terjangkit Guillain Barre Syndrome (GBS). Penyakit langka tersebut menjangkiti satu dari 40.000 orang setiap tahun.

Didi menyebut, pengobatan GBS terbilang sulit, yakni harus dilakukan lima kali berturut-turut. Apalagi ketersedian obat di RSUD Karawang.

Karena persediaan obat gamaras dan immunoglobulin terbatas, Hasby baru diberi obat tersebut satu kali. Harga obat tersebut cukup mahal, sekitar Rp 3,5 juta per botol

"Kepalanya sudah bisa geleng-geleng, tetapi tungkal dan lengan masih lemas," terangnya.

Oleh karenanya, ia menyarankan Hasby segera dirujuk ke RSHS Bandung untuk penanganan lebih lanjut.

"Jika pengobatan tidak tuntas, dikhawatirkan virus tersebut menyerang saraf pernafasan dada," katanya.

Baca juga : Dinas Kesehatan Jatim Bantah Santri Keracunan Vaksin Difteri

Bupati Karawang Cellica Nurrchadiana meminta masyarakat bijak menyikapi dugaan Hasby mengalami lumpuh layu setelah divaksin difteri. Ia khawatir masyarakat menjadi resah. Sebab, setelah diperiksa, Hasby menderita GBS.

Cellica bahkan mengaku siap membantu biaya pengobatan Hasby beserta biaya keluarga yang menunggui.

"Keluarga tidak perlu khawatir," kata dia.

Bahkan, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Tahun Anggaran (TA) 2018, pihaknya akan menganggarkan sekitar Rp 300 juta untuk pembuatan rumah singgah di sekitar RSHS Bandung.

"Nantinya disediakan fasilitas dan makan untuk satu orang pendamping pasien," katanya.

Kompas TV Delapan warga Garut, Jawa Barat dinyatakan positif difteri. Dari delapan pasien itu satu di antaranya merupakan pegawai rumah sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com