Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Nenek Dipersulit Saat Ambil Uang Kiriman, Kantor Pos Blora Minta Maaf

Kompas.com - 28/02/2018, 22:51 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Kumbang Yono Prayogi (63), warga Jalan Ahmad Yani, Blora, Jawa Tengah, terbaring lemas di atas ranjang di kamar rumahnya. 

Purnawirawan TNI itu akhir-akhir ini kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya karena penyakit komplikasi yang dideritanya.

Saat ditemui, kakek tujuh cucu itu mengaku kesal dengan pelayanan kantor Pos Cabang Blora. Kumbang dan istrinya mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari petugas kantor Pos cabang Blora saat hendak mengambil uang kiriman dari saudara.

Meski sakit, ia bukannya memperoleh solusi kemudahan mengakses jasa dari petugas PT Pos Cabang Blora. Justru apa yang diupayakan untuk mengambil haknya itu dipersulit dengan respons yang kurang menyenangkan.

"Saya itu kasihan istri saya karena harus bolak-balik mengurus sesuatu dan ujung-ujungnya dibentak-bentak dan ditolak. Akhirnya dengan sangat terpaksa saya datang sendiri ke kantor pos dengan diantar anak saya. Saya dibonceng naik motor dan dibopong masuk ke kantor pos," tutur Kumbang yang tampak menggigil gemetaran, Rabu (28/2/2018).

Istri Kumbang, Puji Astuti (61), menyampaikan, kejadian yang membuatnya hingga menangis sesenggukan itu bermula pada Selasa (27/2/2018). 

Saat itu, suaminya mendapat uang kiriman dari kakaknya yang berada di Palembang sebesar Rp 1,3 Juta. Uang yang dikirim melalui jasa PT Pos (wesel pos) tersebut rencananya digunakan untuk keperluan berobat. 

Baca juga : Najwa Shihab Harap Presiden ke Kantor Pos dan Kirim Buku ke Daerah

Karena kondisi kesehatan suaminya yang tak memungkinkan untuk datang mengambil wesel, sehingga Puji berupaya mewakili. Pagi itu Puji mendatangi kantor Pos Cabang Blora.

"Jadi penyakitnya komplikasi, apalagi syaraf terjepit tulang belakang sehingga tak bisa berdiri lama. Makanya, saya yang berupaya mengambil uang. Awalnya saya datang ke kantor Pos Blora dengan membawa KTP suami. Namun oleh pihak kantor pos Blora, disuruh pulang dan kembali ke kantor lagi dengan membawa surat kuasa dari suami," tutur nenek berhijab itu.

Karena mengikuti persyaratan itu, tak berselang lama Puji pun langsung kembali pulang ke rumah. Puji kemudian meminta untuk dibuatkan surat kuasa oleh suaminya. Begitu surat kuasa sudah rampung, Puji kembali lagi ke kantor Pos Cabang Blora untuk mengambil uang. 

Namun, sambung Puji, sesampainya di Kantor Pos Cabang Blora ia justru menerima sikap acuh diikuti kata kasar dari oknum petugas pelayanan. Sembari menangis, nenek sepuh itu lantas kembali pulang ke rumah untuk berkeluh kesah perihal tersebut kepada suaminya. 

Puji yang sudah kecapekan itu sontak sedih dan jengkel karena merasa dipermainkan. Di usianya yang memasuki senja, Puji sudah tak kuat lagi jika diminta bolak-balik mengendarai motor dari rumahnya ke kantor Pos Cabang Blora. Dari rumahnya menuju kantor Pos Cabang Blora sekitar 3 kilometer.

"Kata petugasnya lagi, surat kuasa yang dibuat suami tidak berlaku dan harus ada stempel dari kelurahan dan kecamatan. Kenapa tidak bilang dari awal, saya merasa dipingpong sana-sini. Bolak-balik sudah dua kali, malah disuruh bolak-balik lagi. Fisik ini sudah tak lagi kuat. Saya capek sekali. Saya lantas pulang marah dan menangis di hadapan suami," tutur Puji.

Mendengar berbagai macam prosedur penolakan dari pihak PT Pos cabang Blora, Kumbang pun berinisiatif untuk mengklarifikasi ke pihak PT Pos Cabang Blora. Siang itu juga, dengan diantar anaknya, Kumbang membonceng motor menuju kantor PT Pos cabang Blora. Karena kondisi fisik Kumbang yang tak mungkin untuk berjalan tegak sendiri, ia harus dibopong masuk ke kantor Pos Cabang Blora.

"Saya datang sendiri pun masih terus diminta stempel kelurahan dan kecamatan. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya uang kiriman itu diserahkan. Itu pun karena ada sejumlah wartawan yang membantu mendampingi. Saat itu, satpam membentak-bentak kepada kami. Katanya sejumlah pegawai sedang dalam masa cuti, sedangkan plt dan pejabat yang lain sedang mengikuti pelatihan di luar kota," pungkasnya

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com