Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Becak Listrik Tenaga Surya Karya Pak Guru untuk Yogyakarta Tercinta

Kompas.com - 28/02/2018, 08:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Alat transportasi tradisional becak banyak dijumpai di Yogyakarta. Seiring perkembangannya, transportasi roda tiga yang awalnya dikayuh mulai dimodifikasi. Salah satunya adalah becak listrik tenaga surya karya SMK Piri I Yogyakarta.

Becak listrik tenaga surya ini kini telah digunakan oleh beberapa tukang becak untuk mencari rejeki. Meski bertitel tenaga listrik, namun secara bentuk fisik tetap seperti becak pada umumnya sehingga tidak mengurangi ciri khas aslinya.

Guru Teknik Listrik SMK Piri I Yogyakarta Raden Sunarto menceritakan, ide ini berawal saat dirinya diundang oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada 2012. 

Di pertemuan itu, dia mendengarkan bahwa diperkirakan, 20 tahun mendatang terhitung dari tahun 2012, bahan bakar minyak dari fosil akan menyusut habis.

Kementerian Riset dan Teknologi saat itu juga menunjukkan contoh mobil dan bus tenaga listrik sebagai persiapan masa yang akan datang.

Becak listrik tenaga Surya SMK Piri I Yogyakarta dilengkapi spedometer untuk mengetahui daya KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Becak listrik tenaga Surya SMK Piri I Yogyakarta dilengkapi spedometer untuk mengetahui daya
"Nah, kami yang hidup di bumi persiapan untuk menggunakan energi alternatif, energi baru terbarukan. Lalu bagaimana saya sebagai orang teknik kejuruan ditantang akan menciptakan apa untuk di Yogyakarta," ujar Guru Teknik Listrik SMK Piri I Yogyakarta, Raden Sunarto saat ditemui Kompas.com, Senin (26/2/2018).

(Baca juga: Uniknya Helm Tabung Gas Melon dari Yogyakarta (1))

Raden lantas menjawab, dirinya akan menciptakan becak listrik tenaga surya. Sebab di Yogyakarta banyak terdapat alat transportasi becak.

"Saya mantap menjawab akan menciptakan becak listrik tenaga surya. Kenapa? Karena di Yogyakarta masih banyak becak," tuturnya.

Sepulang dari Jakarta, Raden Sunarto dibantu para siswa SMK Piri I Yogyakarta lantas membuat rancangan becak listrik tenaga surya. Setelah tiga bulan, guru Teknik Listrik SMK Piri I Yogyakarta ini menghasilkan satu becak tenaga surya.

"Tiga bulan saya berhasil mencetak 1 unit becak tenaga surya. Becak ini generasi satu," ucapnya.

Di becak listrik generasi pertama ini, panel surya terpasang memanjang di atas spakbor belakang becak. Becak listrik tenaga surya generasi pertama ini mampu melaju dengan kecepatan 20 km/jam.

"Energi baterainya 48 volt, pengisian 8 jam, kecepatan 20 km/jam. Jarak tempuh malam hari 40 km dan siang hari 60 km," ungkapnya.

(Baca juga: Saat Mobil hingga Becak Listrik UGM Mejeng Keliling Jogja)

Keputusanya membuat becak tenaga surya ini karena bisa mengisi daya sewaktu-waktu selama ada cahaya matahari sehingga tidak menyusahkan tukang becak ketika akan mengisi daya.

"Sambil jalan bisa mengisi, parkir juga bisa mengisi. Asal ada cahaya matahari bisa tetap bisa mengisi," ungkapnya.

Diperbanyak

Setelah becak listrik tenaga surya ciptaannya selesai, lalu dirinya melaporkan ke Kementerian Riset dan Teknologi. Setelah itu, Kementerian meminta agar dirinya memperbanyak becak listrik tenaga surya.

"Saya dihubungi diminta memperbanyak dan dana akan dibantu. Saya menyanggupi membuat 10 unit karena hanya diberi waktu satu bulan," tuturnya.

Becak listrik tenaga Surya SMK Piri I Yogyakarta dilengkapi spedometer untuk mengetahui daya KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Becak listrik tenaga Surya SMK Piri I Yogyakarta dilengkapi spedometer untuk mengetahui daya
Gubernur DIY Sultan HB X juga berpesan kepada Raden Sunarto agar becak listrik tenaga surya karyanya bisa berguna dan digunakan oleh masyarakat Yogyakarta.

Raden Sunarto bersama timnya lantas memproduksi kembali becak listrik tenaga surya. Raden dan tim bekerja sama dengan produsen becak manual Sinar Laut di Bantul.

Namun untuk kali ini, dirinya menciptakan becak listrik tenaga surya generasi dua. Perbedaan yang mendasar adalah pada letak panel surya.

Pada generasi pertama, panel surya ditempatkan di spakbor belakang, sedangkan generasi kedua diposisikan di atas atap becak.

"Dari masukan masyarakat dan kepolisian, saya mengkreasi generasi dua dengan panel surya di atas atap becak. Soalnya yang generasi pertama panel surya yang di spakbor belakang terlalu lebar dan panjang sehingga menganggu lalu lintas," ungkap Sunarto.

Selain posisi panel surya, kecepatan dan tenaga becak listrik generasi kedua juga ditambah. Kapasitas baterai juga bertambah menjadi 104 volt dan kecepatan menjadi 30 km/jam.

"Yang generasi kedua ini, selain mengisi dengan panel surya, tenaga juga bisa diisi dengan listrik. Jadi kalau cuaca mendung atau sedang di rumah bisa di tetap mengisi," ungkapnya.

(Baca juga: "T-Rex" Berjalan Penarik Gerobak di Jogja, Buah Karya Remaja Lulusan SMK)

Keistimewaan becak listrik tenaga surya ini selain bisa mengisi setiap saat, juga ramah lingkungan. Becak ini tidak menimbulkan polusi udara karena bertenaga listrik. Selain itu, mesin juga tidak menimbulkan kebisingan saat digunakan.

"Ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara tidak bising juga. Satu unit becak listrik menghabiskan biaya Rp 12 sampai Rp 14 juta," ujar Sunarto.

Tukang becak, lanjutnya, dapat dengan mudah mengetahui daya habis atau masih penuh sebab spedometer daya dipasang di bodi becak.

"Warna merah menunjukkan baterai habis, kuning berarti baterai tinggal sedikit, dan hijau baterai penuh," tuturnya.

Meski menggunakan tenaga surya, namun tukang becak tetap harus mengayuh ketika awal berjalan. Sebab untuk membantu tenaga listrik.

"Di jalan menanjak juga harus membantu mengayuh," tuturnya.

Pasca-pergantian presiden, becak listrik dihibahkan untuk SMK Piri I Yogyakarta. Becak listrik ini boleh diberdayakan untuk masyarakat.

"Di saat Presiden Joko Widodo, becak listrik yang sudah diserahkan ke kementerian kembali dihibahkan ke sekolah. Becak boleh diberdayakan untuk masyarakat dan sekarang bisa disewa," kata Raden.

Menurut dia, 10 unit becak listrik tenaga surya ini sudah disewakan ke para tukang becak di Yogyakarta dan beberapa hotel. Uang sewa per minggunya antara Rp 50.000 sampai Rp 70.000.

"Produk ini juga tidak kami patenkan agar semua orang bisa membuat dengan teknologi ini. Kami kan sekolah, jadi agar ilmu ini bisa berguna untuk semua," tegasnya.

Sujatno adalah salah satu tukang becak yang menyewa becak listrik tenaga Surya karya SMK Piri I Yogyakarta.

"Sudah lima bulan ini. Saya sewa per minggunya Rp 50.000," ucapnya.

Warga Wonogiri ini pun mengaku sangat terbantu dengan menggunakan becak listrik tenaga surya. Sebab, saat ini dirinya tidak sepenuhnya menggunakan tenaga untuk mengayuh becak.

"Dulu kan manual, full tenaga mengayuh. Sekarang tenaga manusianya sudah berkurang sampai 70 persen, hanya kalau posisi menanjak masih harus sedikit mengayuh," tuturnya.

Menurut pria yang sudah menekuni profesi menjadi tukang becak sejak SMA ini, wisatawan lokal maupun asing tidak mempermasalahkan becak listrik tenaga surya ini. Bahkan mereka lebih suka, karena cepat. Selain itu, bentuk becak tetap sama, tidak menghilangkan khas becak.

"Mereka suka, becak tidak berubah, tetap sama seperti masih ada pedal kayuhnya. Ramah lingkungan, tidak bising dan tentunya lebih cepat," tuturnya.

 

Kompas TV Dalam uji coba ini, 10 atlet Indonesia berlaga melawan 10 atlet Tiongkok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com