Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Berharap Temukan Kakak dan 2 Adiknya (5)

Kompas.com - 28/02/2018, 07:00 WIB
Hendra Cipto,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Andika Arisman (27) memiliki semangat tinggi meski menjadi penyandang difabel Dia menafkahi diri menjadi pengendara ojek online.

Dia kerap mendapat perlakuan tak mengenakkan, misalnya banyak calon penumpang membatalkan pesanan ketika melihatnya datang. Kendati demikian, Andika tidak patah arang.

(Baca juga : Kisah Difabel Pengemudi Ojek Online, Penumpang Kerap Batalkan Pesanan Setelah Bertemu (1))

Setelah kedua orangtuanya telah tiada, Andika dibawa oleh kakaknya dari Jawa ke Makassar dan ditinggalkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Andika lalu ditinggalkan sendirian di bandara hingga ditemukan petugas kebersihan dan dirawat.

(Baca juga : Kisah Difabel Pengemudi Ojek Online, Dibuang Kakak di Bandara Saat Berusia 5 Tahun (2))

Pada usianya yang ke-25, Andika Arisman menikahi gadis pujaan hatinya, Mifta. Hingga kini, mereka hidup bersama. Mifta setia memakaikan jaket seragam perusahaan ojek online, celana panjang, dan sepatunya.

(Baca juga : Kisah Difabel Pengemudi Ojek Online, Bersyukur Dapat Istri yang Sangat Baik (3))

Karena kerap mengalami perlakuan tak mengenakkan, sebagai pengemudi ojek online, dia hanya menerima order makanan dan belanja.

(Baca juga : Kisah Difabel Pengemudi Ojek Online, Hanya Terima Order Makanan dan Belanja (4))

***

Meski telah terbuang dan terpisah dari keluarganya selama puluhan tahun, Andika Arisman (27) berharap bisa menemukan kakak dan dua adiknya.

Setelah kisahnya menjadi viral, Andika berharap bisa menemukan kakak dan kedua adiknya. Dia pun tak marah apalagi menaruh dendam, meski telah dibuang saat usianya masih 5 tahun di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar.

"Mudah-mudahan saya bisa menemukan keluargaku di Jawa. Saya tak marah apalagi menaruh dendam meski telah terbuang. Saya sangat rindu sama kakak dan kedua adikku. Saya empat bersaudara semua laki-laki," ungkap Andika dengan mata berkaca-kaca sambil menghela nafas saat ditemui, Selasa (27/2/2018).

Saat ditanya, Andika tidak mengingat nama ayah dan ibu kandungnya. Dia hanya mengingat kakaknya bernama Agus, namun tak mengetahui nama panjangnya. Kedua adiknya tak lagi diketahui namanya.

"Saya masih umur 5 tahun dengan kondisi cacat dan kedua orangtua kandungku sudah meninggal. Kalau kakakku namanya Agus, tapi saya lupa nama panjangnya. Apalagi kedua adikku itu, saya tidak ingat namanya," katanya.

Andika masih ingat, kakaknya sangat tekun merawat dan memandikannya.

Dia lalu bercerita, tidak tahu persis apa yang membuat dirinya seperti ini, apakah dirinya terkena campak, polio ataukah bawaan lahir.

"Waktu kecil, saya tidak bisa apa-apa. Kakak yang terus menjaga dan merawatku, bahkan memandikan pun dia yang lakukan. Saya tidak tahu mengapa, saya dibuang ke Makassar setelah kedua orangtua kandungku meninggal," ungkapnya.

Andika Arisman kini menjadi pengendara ojek oline di MakassarKOMPAS.com/Hendra Cipto Andika Arisman kini menjadi pengendara ojek oline di Makassar

Dibuang di bandara

Andika mengaku, perpisahan dengan kakaknya terjadi saat dia berusia 5 tahun. Setelah kedua orangtuanya telah tiada, Andika dibawa oleh kakaknya dari Jawa ke Makassar. Dia ditinggalkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

"Kedua orangtuaku sudah meninggal di Jawa, lalu saya dibawa oleh kakak ke Makassar. Saya ditinggal di bandara oleh kakak yang saya tidak tahu lagi keberadaannya di mana dan bagaimana dia. Waktu itu saya ingatnya, kakakku mau cari minum dan tidak kembali-kembali," kata Andika.

Setelah ditinggal di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Andika kecil pun menangis hingga ditemukan oleh seorang petugas kebersihan.

Petugas bandara pun berulang kali mengumumkan adanya penemuan bocah Andika yang telantar, tetapi sang kakak tak kunjung datang.

"Di situlah saya dibawa pulang oleh petugas kebersihan bandara yang sempat menjadi orangtua angkatku di usia 5 tahun. Saya pun diasuh hingga bisa membaca dan menulis di bangku sekolah dasar," ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, ada sesuatu yang membuat Andika tidak betah di rumah bapak asuhnya itu. Dia memilih meninggalkan rumah dan mengemis di jalanan. Selama itu, Andika yang masih berusia anak-anak hidup sendiri dan tidur di halte bus.

"Sempat bapak angkatku itu mencari saya dan menemukanku. Saya pun dibawa pulang kembali ke rumah dan kembali disekolahkan. Hingga suatu ketika, bapak angkatku itu meninggal dunia. Saya pun harus pergi kembali karena situasinya sudah berbeda. Saya dianggap sebagai anak pembawa sial oleh istri dan anak-anak bapak angkatku," tutur Andika.

Pada usia 11 tahun, Andika pun berjuang hidup dengan mengamen. Dia sehari-hari bernyanyi di Benteng Fort Rotterdam di Jalan Pasar Ikan, Makassar.

Saat dia bernyanyi, ada seseorang yang menawarkan diri untuk mengasuhnya. Dia pun diajak tinggal di rumah orang itu di Kabupaten Gowa.

Namun sifat Andika yang tidak mau menjadi beban orang lain, akhirnya membuat dia jarang pulang ke rumah. Hanya sesekali Andika menjenguk orang yang sudah dia anggap sebagai orangtuanya itu.

"Saya tidak mau membebani orang, makanya saya jarang pulang. Biar pun saya sudah diangkat sebagai keluarga di rumah itu. Orangtua angkatku yang kedua itu masih ada, masih biasa saya berkunjung ke rumahnya. Sampai saya juga sudah menikah, saya sebulan sekali menyempatkan mengunjunginya," katanya.

TAMAT

 

Kompas TV Meisa Prita, sosok yang manjadi viral di sosial media karena aksi baiknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com