Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monumen Gunung Butak dan Kenangan Pejuang Kemanusiaan Basarnas

Kompas.com - 27/02/2018, 14:38 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Reni Susanti

Tim Redaksi

TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Butuh waktu sekitar satu jam berjalan kaki dari permukiman warga ke lereng Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Warga harus melewati jalan setapak yang berkelok dan terjal. Di sinilah, kenangan itu bermula.

Kenangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh Lina Eni Panuntun (27) sepanjang hidupnya. Di gunung itu seorang laki-laki yang dicintainya mengembuskan nafas terakhir sebagai pejuang kemanusiaan.

Laki-laki itu adalah Maulana Affandi, salah satu anggota Basarnas Jawa Tengah Kantor Semarang, yang ikut menjadi korban kecelakaan helikopter di Gunung Butak, Minggu, 2 Juli 2017.

Helikopter yang ditumpangi Affandi, bersama tiga anggota Basarnas dan empat kru helikopter, jatuh saat dalam perjalanan hendak meninjau lokasi musibah di kawah Sileri, Dieng.

(Baca juga : Keinginan Terakhir Korban Helikopter Basarnas Belikan Ponsel untuk Ibu Terwujud )

Untuk pertama kali, setelah peristiwa itu, Lina berkesempatan berkunjung ke Gunung Butak. Dia datang untuk melakukan doa bersama di depan monumen yang dibangun Basarnas untuk mengenang korban tragedi Helikopter HR 3602 itu.

Lina tidak pernah membayangkan sebelumnya, ada nama suaminya terukir di monumen yang selesai dibangun pada Selasa, 12 Desember2017 itu. Terukir dengan tinta emas sebagai pejuang kemanusiaan.

"Rasanya campur aduk, ketika saya sampai ke lokasi monumen di Desa Canggal. Ada nama suami saya di monumen itu," ujar Lina, mengawali kisahnya kepada Kompas.com, Selasa (27/2/2018).

Masih teringat jelas memori indah tentang laki-laki yang menikahinya dua tahun lalu tersebut. Mereka sedang berencana menggelar Tedak Situ untuk putra semata wayang, Distra Yuma Affandi, yang saat ini sudah berusia 14 bulan.

Bahkan beberapa menit sebelum kecelakaan, suaminya itu masih sempat mengirim kabar melalui aplikasi percakapan jika sedang dalam perjalanan naik helikopter menuju Dieng. Namun takdir berkata lain. Percakapan itu ternyata percakapan terakhir Lina dengan Affandi.

(Baca juga : Dompet, Topi, hingga Notes Milik Korban Helikopter Basarnas Dikembalikan )

Wanita asal Kendal, Jawa Tengah, itu mengucapkan rasa terima kasih kepada Basarnas Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Temanggung dan warga Desa Canggal karena telah membangun monumen tragedi helikopter Dauphin HR-3602.

Monumen itu akan menjadi saksi sejarah yang kelak akan diceritakan dan ditunjukkan kepada anaknya. Bahwa, ada nama sang ayah yang telah gugur dalam misi kemanusiaan.

"Saya sangat senang karena monumen ini akan menjadi bukti yang saya bisa ceritakan dan tunjukkan kepada anak saya, kelak kalau dia bertanya tentang ayahnya," tuturnya.

Lina bersyukur banyak pihak yang selalu memberi perhatian serta dukungan kepada dirinya, serta para istri dan keluarga korban lainnya.

Dukungan itu misalnya, ketika HUT ke-46 Basarnas, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Basarnas memberikan santunan kepada istri dan keluarga pejuang kemanusiaan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com